Konten [Tampil]
Le Mariage
Judul : You Had Me At Hello
Judul : You Had Me At Hello
Penulis
: Indah Hanaco
Editor
: Afrianty P. Pardede
Penerbit
: Elex Media Komputindo
Tahun
Terbit : 2015
Cetakan Ke : 2
Jumlah Halaman : 354 hlm
Cetakan Ke : 2
Jumlah Halaman : 354 hlm
ISBN
: 978-602-02-7005-0
Harga Buku : IDR. 63.800
Harga Buku : IDR. 63.800
Rating : 4 of 5
Buntelan #BacaBareng dari Penulis yang di koordinir oleh kak Rizky.
Baca juga ya .... [Book Review | Complicated Thing Called Love by Irene Dyah]
Book
Sinopsis :
Inanna
mungkin masih terlalu muda untuk membuka pintu yang membawanya pada pernikahan.
Namun berbagai kecerobohan membuat gadis itu tidak punya pilihan.
Inanna
memilih menghabiskan sisa hidupnya bersama Alistair.
Cinta
berhadir begitu dia menantang mata sewarna biru e situ. Harapan dilambungkan ke
langit, suatu saat nanti inanna bisa memiliki hati si pemilik tatapan
penghitung pori-pori itu.
Bukankah
mereka terikat sumpah di depan Tuhan?
Tapi
apa jadinya saat Inanna tahu kalau Alistair Cuma menganggapnya wujud kepingan
masa lalu?
Percayalah,
cinta takkan pernah semenyakitkan itu.
Book
Review
Inanna
Grace. Bukan sosok anak perempuan idaman para orang tua. Mempunyai sifat keras
kepala, suka membantah, sering melanggar aturan dari papa-nya, dan sering
kesulitan mengendalikan diri jika sudah berhubungan dengan sepatu. Penyuka sepak
bola. Tapi di balik sifat bengalnya itu, Ina ahli dalam masak-memasak
(lauk-pauk) di dapur, dan Zora dan papanya merupakan penggemar terbesar hasil
olahan masakannya. Kebiasaannya kalau sedang cemas Ina akan cegukan tanpa
mengenal tempat dan waktu. Menurut Ina, Alistair itu punya tatapan yang
memiliki penghitung jumlah pori-pori ketika sedang bertatapan dengannya.
Alistair
Valerius Damanik. Sosok laki-laki tampan yang berusia 32 tahun, memiliki warna
mata sebiru es. Setiap memandang Ina selalu dengan tatapan serius seakan ia
sedang menghitung jumlah pori-pori yang ada di wajah Ina.
Zora
Estrid. Memiliki wajah serupa (identik) dengan Ina. Dan ia merupakan saudara
kembarnya Ina yang lahir beberapa menit setelah Ina. Zora tidak jauh berbeda
dengan saudara kembarnya , hanya saja ia lebih sedikit penurut di banding Ina
yang keras kepala. Penyuka berbagai dunia hiburan seperti tontonan serial
drama. Kalau Ina penyuka sepak bola, maka Zora lebih menyukai dunia hiburan
seperti tontanan drama. Dan Zora lebih ahli dalam membuat cake maupun kue
kering dan juga penggila pakaian.
“Seminim-minimnya
pengalaman Ina soal asmara, boleh kan kalau dia punya harapan? Bahwa suaminya
kelak adalah, kalau bisa, orang yang di cintainya dengan sungguh-sungguh. Bukan
“hadiah” yang di sodorkan ayahnya meski dalam bungkus kado paling menyita
perhatian. Pasangan itu semestinya hadiah yang berasal dari Tuhan, bukan dari
manusia lain.” (hlm. 27)
Inanna
Grace dan Zora Estrid, dua gadis bersaudara memiliki wajah yang identik satu
sama lain, secara keseluruhan mempunyai kesamaan dimulai dari aksi belanja
gila-gilaan, kuliah tidak selesai-selesai, pergi ke Club malam hingga
terjadinya baku-hantam antara Sonya (cewek yang bermasalah dengan Zora) dengan
Ina (karena membela Zora), hingga yang terakhir membuat Navid, sang papa habis
kesabaran hingga level terendah. Melihat tingkah dua anaknya yang tak
terkontrol akhirnya sang papa menarik paksa kartu kredit dan menjodohkan mereka
berdua.
Menikah Tanpa Cinta? Oh
No!
Tentu
saja mereka syok dan tidak mempercayai tindakan sang papa yang tega menjodohkan
mereka, yang mengira hanya sebagai ancaman untuk anak-anaknya agar bertobat
dari tingkah laku mereka yang di luar batas itu. Namun, beberapa hari kemudian
dari aksi diam sang papa yang tidak membahas masalah perjodohan, datanglah
sepasang suami-istri yang merupakan teman lama sang papa yang membawa
masing-masing anak laki-laki mereka yang akan di jodohkan dengan si kembar.
Martin dengan Ina dan Winston dengan Zora. Ina yang sudah kecewa makin kecewa
dengan pilihan papanya, sedangkan Zora terlihat bersemangat dijodohkan dengan
Winston.
Bagi
Ina, modal utama dalam pernikahan itu adalah cinta. Karena ia ingin menikah
dengan orang mencintai dan di cintai seperti pernikahan papa dan mamanya.
Hingga
suatu hari kesialan sepertinya belum mau menjauh dari Ina, hingga ia menabrak Coupe.
Dan kena luapan emosi Vicky yang tak lain sahabat sekaligus orang yang di
percayai oleh orang yang di tabrak Ina yaitu Alistair Damanik Binsar. Belum sampai di situ di rumah sakitpun Ina
mendapat berbagai macam pertanyaan dari orang tua Alistair hingga pertanyaan
apakah Ina sudah punya pacar apa belum (apa-apaan itu? Apa hubungan kecelakaan
dengan punya pacar? *orang tua aneh*).
Masalah
sepertinya belum mau menjauh dari Ina, dari Martin yang semakin gigih
mendekatinya atas izin ayahnya, dan permintaan tiba-tiba dari orang tua
Alistair yang menginginkan Ina untuk menikah dengan anaknya karena hidup
Alistair yang tidak lama lagi, semakin membuat Ina tertekan dan akhirnya
memilih untuk menyetujui permintaan orang tua Alistair.
Entah
alasan apa yang mendorong Ina, sehingga membuatnya langsung mnyetujui
permintaan orang tua Alistair. Entah karena dua bola mata yang berwarna biru es
itu sehingga membuat Ina langsung cegukan di depan orangnya, atau hanya karena
permintaan orang tua yang menginginkan anaknya bahagia, atau juga karena Ina
ingin menghindari perjodohan dengan Martin yang semakin membuatnya tak nyaman
dengan semua perlakuan Martin terhadapnya. Hingga tanpa sadar Ina menyetujui
untuk menikah dengan Alistair.
Menikah
dengan Alistair rupanya tidak membuat Ina menderita karena sikap di pertemuan
pertamanya dengan Alistair yang kaku, tapi malah sebaliknya Alistair dapat
memberikan sentujan ajaib kepada Ina hingga membuat Ina nyaman dengan
perhatian-perhatina kecil yang di berikan Alistair kepadanya.
Dalam
suatu hubungan pernikahan tentu saja tidak selalu di penuhi dengan kebahagiaan,
tapi ada juga ujian, cobaan dalam mempertahankan hubungan dan keutuhan rumah
tangga mereka. Apalagi dengan kemunculan tiba-tiba seorang masa lalu Alistair
ke rumahnya tanpa di undang, dan tanpa Ina sadari rupanya berhubungan dengan
dirinya sendiri.
Keputusan
apa yang akan di pilih Ina untuk pernikahannya yang baru saja ia jalani? Dan
bagaimana dengan sosok masa lalu Alistair yang berhubungan dengan dirinya yang tiba-tiba
saja tanpa diundang datang ke rumahnya (dan Alistair tidak menceritakan apa-apa
sebelumnya tentang masa lalunya itu).
--------------------
Untuk
ketiga kalinya saya di buat jatuh cinta lagi dan lagi dengan karyanya kak Indah
Hanaco. Ciri khas dari novel-novelnya kak indah yaitu saya selalu di buat
senyum-senyum sendiri dengan genre romantisnya, dan membuat saya pengin nikah J
(btw.. saya seumuran dengan Ina loh, dan saya belum menikah, huhuhu *Kapan saya
nikah ya Tuhan?? Hanya Tuhan yg tahu*).
Untuk
covernya sangat mencerminkan jati diri Ina (sepertinya, kalau salah tolong di
koreksi). Dari adanya sepasang sepatu dimana sosok Ina yang sangat mencintai
apapun yang menyangkut dengan sepatu. Dan adanya pintu yang terbuka, itu
menurut saya seperti Ina yang tiba-tiba tanpa adanya rencana langsung
mengiyakan ajakan orang tua Alistair untuk memasuki kehidupan anaknya; Alistair
(walaupun ada sedikit kegalauan di diri Ina).
Membaca
novel ini juga membuat saya maju-mundur-maju-mundur-cantik untuk pengin
ngerasain juga yang namanya menikah, pengin cepat-cepat nyusul Ina-nya J.
(nggak percaya? Coba deh baca. Kalau nggak kebukti, ntar laporin ke saya yaa.
Biar kita diskusi sama-sama siapa yang benar dan yang salah *Eyaaakk*).
Novel
ini tidak hanya menyuguhkan cerita cinta antara Alistair dan Ina saja, tapi
juga hubungan kekeluargaan antara Navid dan saudara kembarnya yang harmonis
walaupun tanpa sosok seorang ibu bisa membuat mereka tetap rukun,membuat saya
iri. Hubungan antar kakak-Adik yang luar biasa saling mendukung satu sama lain,
dan hubungan persahabatan yang selalu ada di tiap kita butuhkan, tanpa ada pamrih
satu sama lain. Pembahasan tentang perjodohan juga banyak di bahas disni. Dan
juga tentang Baby Blue.
Untuk
tokoh-tokohnya sangat kreatif, semuanya mempunyai peran masing-masing. Sehingga
membuat novel ini lebih berwarna dan tidak bosan apalagi dengan ketebalan
novelnya. Di tambah lagi dengan tingkah-tingkah Mily dan Uci yang menurut saya
sangat hidup. Apalagi di saat Mily menjuluki Alistair dengan julukan Alibaba
*aku suka banget disini, terhibur banget*, (penasaran gak? Kenapa Alistair dipanggil
Alibaba sama Mily.)
“Kalian harusnya
menikah dan mengurus suami, supaya tahu keasyikannya. Aku tidak sempat merasa
bosan. Aku malah makin hebat untuk urusan masak.” (hlm. 316)
Percaya
nggak dengan kata-kata Ina? Hmm (‘-‘ ) *Saya kurang Yes* yukk tanyakan sama
orang yang sudah menikah.. biar tahu faktanya seperti apa kalau sudah menikah.
Karakter
favorit tentu saja Ina dan Alistair. Si pasangan yang membuat saya selalu
senyum nggak jelas kalau udah ingat namanya. Memiliki hubungan romantic, saling
mendukung satu sama lain. Ina yang tegas, dan Alistair yang sabar dalam
menghadapi Ina. (saya suka dengan nama Alistair, keren-keren gimana gitu. Kalau
suatu saat saya punya anak saya pengin kasih nama Alistair juga deh. Heheh..
bolehkan kak?). Apalagi saat adengan Alistair meminta maaf kepada Ina, dengan cara membuat tenda untuk mereka berkemah *cocwiiiiitt*, sampe di buat akunya kebayang ntah kemana-mana dengan casim (calon suami) masa depanku *cuiittt.. cuittt*.
Membaca
novel ini kita tidak hanya di suguhi cerita-cerita romantic, tapi juga hal-hal
lainnya seperti pesan-pesan yang di sampaikan oleh penulis. Di dalam suatu
hubungan pernikahan saling keterbukaan tidak menyimpan kisah masa lalu, karena
jika terungkap tanpa kita cerita itu bisa berdampak ke pernikahan kita sendiri.
Menjelang istirahat malam sebaiknya luangkan waktu untuk bertanya bagaimana
kegiatan yang di jalani di hari itu, agar pasangan kita merasakan perhatian dan
kepedulian walaupun kecil. Dan masih banyak pesan lainnya yang di sampaikan
oleh penulis untuk orang sudah menikah.
Apalagi waktu Alistair dan Ina pergi ke Florence. jujur, aku sampe ternganga *lebay ya? tapi nyata* baca novel ini. Nggak nyangka kalau di Florence begitu banyak tempat-tempat yang wajib untuk di kunjungi, (kalau suatu hari aku berlibur ke sana juga.. Hahaha -ngarep-). Dan untuk kakak penulis aku salutt banget. Untuk novel ini penulis tidak hanya sekadar menceritakan kisah percintaan, tapi di selingi nasihat-nasihat bijak untuk pembaca. Dan tentang Florence penulis betul-betul menginformasikan untuk pembaca tentang hal-hal yang bersejarah yang ada di sana.
Apalagi waktu Alistair dan Ina pergi ke Florence. jujur, aku sampe ternganga *lebay ya? tapi nyata* baca novel ini. Nggak nyangka kalau di Florence begitu banyak tempat-tempat yang wajib untuk di kunjungi, (kalau suatu hari aku berlibur ke sana juga.. Hahaha -ngarep-). Dan untuk kakak penulis aku salutt banget. Untuk novel ini penulis tidak hanya sekadar menceritakan kisah percintaan, tapi di selingi nasihat-nasihat bijak untuk pembaca. Dan tentang Florence penulis betul-betul menginformasikan untuk pembaca tentang hal-hal yang bersejarah yang ada di sana.
Dan
yang terakhir, saya tidak menyangka lohh, kalau ending ceritanya seperti ini. Jujur
nggak nyangka banget. Cukup di buat syok cantik karena endingnya. (kak indah
paling bisa deh buat ending cerita). Dan membaca novel ini juga membuat
saya bertanya-tanya pada diri saya, apa rencana hidup saya setelah ini?. *Menikah?
Tentu saja salah satu rencana saya (terlalu mudah ya). Rencana lainnya masih
gelap belum dapat pencerahan* J.
Btw,
novel ini sangat cocok untuk jadi panutan atau pedoman untuk memperkuat
hubungan orang-orang yang sudah menikah, yang akan menikah, atau yang baru-baru menikah. Kita bisa melihat dari hubungan
Alistair dan Ina dalam memperkokoh hubungan mereka dengan saling memberi
perhatian-perhatian kecil dan lain sebagainya, atau saling terbuka tanpa adanya
rahasia-rahasia antar pansangan.
Kutipan
Favorit:
*Cinta? Ah, itu terlalu klise, Nak. Cinta bisa
tumbuh pelan-pelan. Coba kamu lihat, ada banyak orang-orang awalnya berteman
tapi lama-kelamaan malah saling cinta. Atau, ada juga pasangan yang bermodal
cinta menggebu tapi berakhir dengan saling menyakiti”. (hlm. 21)
*”Orang-orang yang sampai hamil karena
hubungan yang kebablasan, tidak mencintai dirinya sendiri. Sudah tahu kalau ada
resiko, kenapa tidak mencegahnya? Kenapa malah menyusahkan diri dengan masalah
baru? Rasanya manusia modern sangat tahu adanya pencegah kehamilan, kan? Perempuan
yang membiarkan dirinya hamil itu menurutku bodoh.” (hlm. 144)
*”Menanyakan tentang lelaki lain kepada
pasangan itu sama haramnya dengan menanyakan berat badan atau umur pada
perempuan”. (hlm. 325)
*Kamu adalah bintang paling terang dalam hidupku. Kukira selama ini aku tahu artinya mencintai, tapi ternyata aku salah. Karena bagiku, di duniaku, cinta itu adalah saat kita bersama. Aku dan kamu." (hlm. 354)
*Kamu adalah bintang paling terang dalam hidupku. Kukira selama ini aku tahu artinya mencintai, tapi ternyata aku salah. Karena bagiku, di duniaku, cinta itu adalah saat kita bersama. Aku dan kamu." (hlm. 354)
Post a Comment
Post a Comment