Konten [Tampil]
Untuk menyambut kedatangan Abang Phillip "The Passionate Marriage", saya memutuskan untuk baca ulang kisahnya Keith dan Milliy (udah kangen juga sama pasangan yang bisa bikin sesak napas pembacanya ini ☺). Berhubung ulasan review-nya sudah saya posting di tahun lalu, nah di tahun ini saya akan berbagi quoets-quotes menarik dan kece sekaligus bikin baper dari buku ini.
Hidup ini terlalu singkat untuk diisi dengan trauma
berkepanjangan. (hal. 5)
Ini
memang terlalu indah untuk jadi kenyataan. Kau tak mungkin mau duduk di sofa
hanya untuk menemaniku. Aku yang malang, mengira kau sudah lelah
menolakku. Ternyata,kau menunggu kedatangan klien. (hal. 17)
Aku Cuma mau jadi pengantinnya Milly, tapi
dia menolakku terus-terusan. (hal. 21)
Saranku,
jangan menyerah. Milly memang nggak mudah ditaklukkan. Hanya pejuang tangguh
yang bisa mendapatkan hatinya. (hal. 22)
Bertemu dengan mantan pasanganmu yang ternyata bertanggung jawab
pada kehamilan sahabatmu bukan hal baik. Apalagi jika mereka akhirnya menikah.
(hal. 33)
Aku
memaafkannya, karena aku nggak mau membebani hidupku dengan dendam.
(hal. 39)
Nggak ada jaminan bahwa kenal seseorang selama
bertahun-tahun akan membuatmu aman dari rasa sakit. (hal. 43)
Aku
mungkin langsung menikah kalau merasa sudah menemukan seseorang yang cocok. Pengalaman
mengajarkanku, mencintai dan bersama seseorang berarti melakukan penyesuaian
dan kerja keras seumur hidup. Cinta saja nggak cukup. Saling menghormati
dan memegang komitmen itu luar biasa penting. Cinta bisa hilang atau tumbuh
perlahan. (hal. 44)
Hidup ini butuh keseimbangan, nggak cuma
hal-halmanis melulu yang harus dialami. Kalau itu yang terjadi, kau akan lupa
rasa bahagia itu seperti apa. (hal. 46)
Gaun
pengantin itu mirip jodoh, Sisca.
Nggak bisa dipaksa. Apa yang kita lihat bagus saat dipajang, belum tentu memberi
efek yang sama ketika dipakai. (hal. 52)
…. hidup ini nggak bisa diprediksi. Menikah
sama seperti berjudi. Pendapat yang ekstrem ya? Saya belajar bahwa nggak ada
yang pasti didunia ini. (hal. 53)
Niat
baik akan membuat langkah lebih ringan. (hal.
54)
Kalau kita terlalu takut dengan resiko.
Padahal, apa sih yang nggak ada risikonya didunia ini? Makan pun tetap nggak bias
bebas dari risiko. Kita bisa tersedak atau menggigit lidah karena terlalu
bersemangat saat mengunyah. Yang penting, jangan lupa bahagia. (hal. 55)
Adakalanya
kita harus egois, menempatkan kebahagiaan sendiri di atas banyak hal.
(hal. 63)
Tapi ini kan tentang hidup kita. Kenapa
kita harus melakukan sesuatu sesuai standar orang? Kenapa nggakmenjalani
yangkita suka saja? (hal. 65)
Tidak
ada yang bisa dilakukan manusia untuk mengubah hal-hal yang sudah terjadi. Pilihan
cuma satu, melanjutkan hidup. Menjadi bahagia atau menderita, pilihan
ada ditanganmu. (hal. 68)
Orang sering keliru memberi penilaian. Kalau kau punya banyak
mantan, otomatis dituding nggak setia. Apa salahnya berganti pacar kalau memang
merasa nggak cocok? (hal. 71)
Nggak
apa-apa kalau sesekali mengambil keputusan tanpa berpikir rumit. Menjadi spontan
itu bukan dosa besar. (hal. 72)
Menikah itu membuat seseorang jadi
kreatif, Rafe. Mencapai hal-hal hebat yang nggak pernah terpikir
sebelumnya. Tapi orang sepertimu takkan bias mengerti, seperti kata Janna.
(hal. 85)
Aku
percaya, cinta semestinya bertumbuh dengan perlahan. Melewati berbagai
interaksi yang membuat perasaan terpupuk secara natural. (hal. 120)
Kau nggak pernah tahu kalau laki-laki nggak
boleh menuruti kata-kata perempuan yang sedang marah? Kalau aku menyuruhmu
tinggal, itu artinya kau nggak boleh tinggal. (hal. 121)
Saat
marah, perempuan selalu
mengucapkan kata-kata yang berbanding terbalik dengan keinginannya. (hal. 125)
Kalian tergolong makhluk mengerikan.
Bagaimana laki-laki bisa mengerti kalau kalian memilih bicara dengan
menggunakan logika terbalik? Kurasa, kami butuh ahli bahasa khusus yang bias menerjemahkan
maksud perempuan dengan tepat. (hal. 125)
Ada
kalanya kita memang harus mengikuti kata hati. Nggak usah mau selalu direpotkan
oleh berbagai teori. Hidup ini cuma sebentar, nikmati dan manfaatkan
selagi bias. (hal.128)
…., ikuti kata hatimu. Kadang kita
merasa apa yang kita lakukan itu berlebihan, terlalu impulsif. Tapi hidup
memang begitu. Butuh keberanian besar untuk menjalaninya. Risiko selalu ada.
(hal. 158)
Menyukai
seseorang, memujanya diam-diam, nggak butuh alasan. Perasaan adalah sesuatu
yang nggak bias dikendalikan. Begitu juga dengan menjadikanseseorang sebagai
standar untuk menilai orang lain. (hal. 189)
Sebuah foto bisa menceritakan sejuta kisah. (hal.210)
Aku
benar-benar nggak siap mendapat kejutan sepagi ini. Phillip kawin lari! Aku
nggak berani membayangkan kejutan apa yang akan diberikan Rafe. Kurasa, dia
nggak akan tinggal diam dan membiarkan Phillip memegang rekor sebagai orang
paling nekat di antara kami bertiga. (hal. 225)
*psst. Siap
menanti kedatangan cerita Phillip > The Passionate Marriage (Delicious
Marriage 2)
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete