Konten [Tampil]
"Lo nggak perlu memaksakan senyum di depan gue."
Alena tak pernah menyangka kata-kata tersebut akan keluar dari mulut Hexa, tetangga barunya.
Lembaran foto mempertemukan mereka. Jepretan shutter sedikit demi sedikit mengikis tembok yang Alena bangun sejak lama. Lambat laun, kesendirian Alena pun terisi oleh momen-momen baru bersama Hexa. Alena terbuai, hingga kedekatan mereka membuat Hexa menyadari sebuah rahasia yang Alena sembunyikan di balik senyumnya.
Ketika sisi gelap paling rapuh Alena terkuak, siapkah Hexa untuk tetap berada di samping Alena?
“Gadis itu mirip… Louise Bourgoin?” (Hexa – hlm. 9)
Ketika sedang beres-beres barang pindahannya
ke rumah barunya, dengan dibantu oleh Riou, sepupu sekaligus partner kerjanya
yang juga akan tinggal bersamanya, tiba-tiba Riou menjatuhkan kardus yang berisi
lembaran-lembaran foto dan barang-barang lainnya. Saat akan memunguti sebuah
foto, saat itulah muncul seorang gadis yang tanpa sengaja menginjak lembaran
foto tersebut. Gadis yang sama saat dilihatnya di balkon, yang ternyata bernama
Alena.
“Gadis itu menyukai fotografi instan dan dedikasinya mengambil foto tadi membuat Hexa semakin tertarik.” (Hexa – hlm.24)
Setelah melakukan pemotretan untuk iklan di
Taman Fotografi, Hexa memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak sambil melihat-lihat
pemandangan yang cocok untuk bidikan kameranya. Tepat saat itu ia melihat
seorang gadis sedang berjongkok dan memegang kamera. Saat ingin mendekat
tiba-tiba saja Hexa di kejutkan bahwa gadis yang sedang berjongkok itu adalah
Alena, tetangganya. Dan ternyata Alena menyukai bidang yang sama dengannya, sama-sama menyukai
fotografi.
“Gue masih nggak begitu familier sama Bandung, kalo lo cuma ngasih alamat, gue nggak yakin bisa nemuin toko yang lo maksud.” (Hexa – hlm. 56)
Setelah menjelaskan kesalahpahaman yang
terjadi di La Cuisine yang merupakan café kakaknya Alena, Hexa menitipkan
beberapa lembar foto polaroidnya kepada Altair untuk Alena. Malamnya tanpa di
sengaja, Alena yang sedang bersedih di balkon kamarnya, dikejutkan dengan
kehadiran Hexa di balkon seberang kamarnya. Alena mengucapkan terima kasih atas
pemberian foto-foto polaroid milik Hexa kepadanya. Dan tanpa terasa mereka
sudah membahas banyak hal malam itu. Termasuk Alena yang memutuskan untuk
menemani Hexa membeli kamera instan di jalan Barga, kota Bandung.
“Alena, lo nggak perlu memaksakan senyum di depan gue.”(Hexa – hlm.76)
“Semua orang punya cara mereka sendiri dalam menghadapi hidup. Mungkin omongan gue nggak bisa bikin lo ngerasa lebih baik. Tapi lo selalu bisa cerita apa aja ke gue. Gue bakal dengerin semuanya.”(Hexa – hlm. 93)
Setelah menemani Hexa membeli kamera
Polaroid, dan kesalahpahaman sesaat yang terjadi setelahnya, membuat mereka menjadi
lebih dekat. Apalagi mereka mempunyai hobi yang sama dengan fotografi. Mereka melakukan
berbagai kegiatan hunting foto di tempat-tempat yang menurut mereka bagus. Dan sejak
saat itu pula mereka berdua sadar, kalau perasaan yang mereka miliki terhadap
satu sama lain sudah berbeda. Bahkan Hexa yang belum lama di kenal oleh Alena sudah
bisa menebak masalah yang terjadi pada Alena yang berhubungan dengan Ayah
tirinya Alena. Dan menganjurkan agar Alena mau berbagi masalahnya kepada orang
yang menurutnya bisa dipercaya seperti kakaknya Altair misalnya.
Alena tidak mungkin menceritakan masalah
Ayah tirinya dengan Altair. Karena bagi Altair, ayah tiri Alena adalah ayah
kandungnya sendiri. Dan mustahil rasanya kalau Altair akan mempercayai apa yang
akan di ceritakan kepada kakaknya itu. Dan Alena memutuskan untuk tidak bercerita
kepada siapapun kecuali hanya kepada Hexa ia mau bercerita tentang masalah yang
sebenarnya. Demi keutuhan keluarganya sendiri dan kebahagiaan mamanya. Alena rela
mengorbankan dirinya untuk mendapatkan itu semua. Selama ia sanggup menahannya.
Maka ia tidak akan bercerita kepada siapapun di keluarganya.
Hingga di suatu hari, saat Hexa pulang dari tugas pemotretannya, ia menghubungi Alena, namun tidak ada jawaban. Awalnya Hexa
tidak mau berpikiran yang buruk tentang Alena, hingga kedatangan Altair ke
rumahnya dan bertanya tentang Alena, membuat Hexa menjadi lebih khawatir.
Hexa yakin Alena berada di tempat rahasianya,
dan Hexa dengan kecepatan tinggi langsung menancap gas mobilnya ke tempat
tersebut. Dan, di sanalah ia melihat kondisi Alena lebih buruk dari
sebelum-sebelumnya. Membuatnya marah, kecewa dan merasa tidak berguna karena tidak bisa
melindungi Alena.
Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada
Alena? Masalah apa yang di rahasiakan Alena dari keluarganya sendiri?
Di saat semua rahasia yang di simpan Alena
terbongkar bahkan di depan keluarganya sendiri, keputusan apa yang akan di ambil
oleh Alena? Dan bagaimana hubungannya dengan Hexa?
"... hidup nggak mudah buat siapa pun. Dan lo nggak perlu selalu pura-pura terlihat bahagia dan baik-baik saja. Sometimes, it's okay not to be okay." (Hexa - hlm. 89)
(Hexa & Alena)
Untuk novel pertamanya, penulis sudah sangat mahir mencampur-adukkan emosi pembaca dengan kejadian-kejadian yang di alami oleh sang tokoh. Terutama untuk tokoh Alena. Saya sangat menyukai bagaimana cara penulis menyimpan dengan baik rahasia kelam yang di alami oleh Alena, yang kemudian di ungkap secara perlahan - beruntun - hingga akhir.
Saya benar-benar tidak menyangka loh, masalah pelik yang ada di dalam novel ini berkaitan dengan keluarganya Alena. Dari awal melihat covernya *sudah jelas itu yang pertama kali saya perhatikan, saya sudah berfirasat kalau novel ini pasti berhubungan dengan camera *sudah pasti. Awalnya saya mengira kalau novel ini hanya mengisahkan tentang hubungan sepasang anak remaja yang menggemari fotografi dengan di bumbui adegan-adegan konflik dan percintaan yang biasa. Namun saat saya membacanya hingga pertengahan halaman, saya tidak yakin lagi dengan persepsi saya sendiri. Dan ternyata memang benar adanya, novel ini penuh kejutan yang tak terduga. Dan yang saya tidak sangka adalah apa yang di alami oleh Alena. Dan alasan di balik kenapa 'orang itu' melakukan tindakan 'itu' terhadap anggota keluarganya sendiri, yaitu Alena.
Saya suka bagaimana penulis menggambarkan hubungan antara Hexa dan Alena. Dengan masa lalu dan masalah masing-masing, wajar saja kalau mereka merasa tidak percaya diri. Apalagi dengan Alena. Masalah yang di simpannya sendiri membuatnya tidak percaya diri dan merasa takut jika sudah berhadapan dengan laki-laki. Walaupun tidak ada konflik yang signifikan di antara keduanya, tidak membuat novel ini menjadi tidak menarik. Malah sebaliknya. Jika di perhatikan lebih seksama saat membaca, ada sesuatu yang menarik di antara keduanya, dan saya suka itu juga kedekatan keduanya. Untuk tokoh pendukungnya sendiri saya lebih menyukai partmer kerja sekaligus sepupunya Hexa, siapa lagi kalau bukan Riou.
Kamera Nikon milik Hexa dan Polaroid Alena (sumber : Nikon D3X & Polaroid Pic 300)
"Karena foto itu jujur. Cerminan dari kenyataan. Sesuatu yang benar-benar terjadi. Beda sama fotomodel. Kalo fotografer minta mereka buat senyum, mereka bakalan tersenyum. Apapun yang terjadi." (Hexa - hlm. 91)
"Kamera instan itu soal kreativitas dan seni. Nggak ada salah atau benar. Jadi potret apa aja yang kamu mau." (Alena - hlm. 70)
Selain hubungan Hexa dan Alena, yang membuat saya tertarik adalah informasi mengenai seluk-beluk fotografi. Penjelasan detail tentang bagaimana cara menggunakan fitur-fitur tertentu yang ada di kamera mereka masing-masing di jelaskan sangat rinci, lumayan bisa menambah pengetahuan untuk pembaca. Jika pembaca memiliki kameranya juga, bisa langsung untuk di coba di lakukan dari setiap arahan yang di jelaskan oleh Hexa dan Alena. Dan pandangan mereka tentang fotografi sangat realistis. Setiap mereka melakukan hunting foto saya langsung tertarik untuk mencari lokasinya melalui paman google, seperti taman fotografi, Bukit Moko dan masih ada banyak lagi tempat-tampat keren lainnya yang menjadi tempat hunting mereka berdua yang ada di kota Bandung.
Di ceritakan melalui sudut pandang orang ketiga dari tiap tokoh utamanya, membuat saya bisa memahami jika berada diposisinya Alena. Dengan masalah yang di hadapi oleh Alena dan keyakinannya untuk tidak memberitahu siapapun masalah yang menimpanya demi keutuhan keluarga yang di sayanginya terutama untuk sang mama.
Untuk konfliknya sendiri masih tergolong ringan atau malah tidak ada ya (?). Karena menurut saya konfliknya (kalau ini bisa dikatakan sebagai konflik) lebih kepada masalah yang ada pada keluarganya Alena dan rahasia yang di simpan Alena sendiri. Untuk konflik antara Alena dan Hexa saya rasa tidak ada. Walaupun hubungan mereka tidak ada konflik khusus, tapi ntah kenapa saya menyukai interaksi antara keduanya. Seperti ada chemistry yang manis dan apa adanya (dan saya suka itu ☺).
Banyak hal yang bisa di pelajari dan di ambil hikmahnya dalam novel ini. Satu di antaranya adalah;
* Seberat apa pun masalah yang sedang kita hadapi, tetap jadilah diri kita sendiri. Jangan biarkan masalah yang kita hadapi mempengaruhi kepribadian kita.
"Gue paham kalau lo nggak mau cerita. Nggak usah maksain diri. Tapi kadang lo boleh ngelampiasin perasaan lo. Nggak perlu bohong sama perasaan lo sendiri dengan maksain senyum. Terkadang ada juga saat dimana lo nggak mau senyum, dan gue pikir itu bukan masalah besar." (Hexa - hlm. 90)
Overall, novel ini sangat cocok untuk kamu yang menyukai tentang dunia fotografi, dan masih ada banyak hal yang tak terduga yang tersimpan dan bisa di pelajari melalui bacaan ringan novel ini. Novel ini seperti dalam satu paket penyajiannya. Tentang persahabatan, keluarga, dan perasaan hati.
R A T I N G
*Eitss, akan ada sesi tanya jawab with Makna Sinatria (penulis) + Giveaway dengan hadiah cantik persembahan dari penerbit Haru lohh..
Ask Author with Makna Sinatria #ThenSheSmiles
Giveaway Notes Cantik #ThenSheSmiles
Identitas Buku:
Penulis : Makna Sinatria
Penyunting : Adeliany Azfar
Proofreader : Titish A.K.
Ilustrasi : Makna Sinatria
Layout Kover : @fadiaaaa_
Jumlah Halaman : 244 hlm
Penyunting : Adeliany Azfar
Proofreader : Titish A.K.
Ilustrasi : Makna Sinatria
Layout Kover : @fadiaaaa_
Jumlah Halaman : 244 hlm
Cetakan : Pertama, Januari 2017
ISBN : 978-602-6383-10-5
Post a Comment
Post a Comment