Konten [Tampil]
Judul
Buku : The Wind Leading to Love
Penulis
: Ibuki Yuki
Penerjemah
: Mohammad Ali
Penyunting
: Arumdyah Tyasayu
Asisten
Penyunting : Eni Puji Astuti
Proofreader
: Dini Novita Sari
Cover
dan Ilustrasi isi : Bambang ‘Bambi’ Gunawan
Penerbit
Haru
Cetakan
Pertama, Februari 2015
Jumlah
Halaman : 342 halaman
ISBN
: 978-602-7742-47-5
BLURB:
Rasa sakit itu merupakan bukti kalau kita masih
hidup.
Suga Tetsuji depresi. Menuruti saran dokter, dia
mengasingkan diri di sebuah kota pesisir,di sebuah rumah peninggalan ibunya. Namun,
yang menantinya bukanlah ketenangan, tapi seorang wanita yang banyak omong dan
suka ikut campur bernama Fukui Kimiko.
Fukui Kimiko kehilanagan anak dan suaminya, dan
menyalahkan dirinya sendiri sebagai penyebab kematian mereka berdua. Dia menganggap
dirinya tidak pantas untuk berbahagia.
Setelah menyelamatkan Tetsuji yang nyaris
tenggelam, Kimiko menawarkan bantuan pada pria itu untuk membereskan rumah
peninggalan ibunya agar layak jual. Sebagai gantinya, wanita itu meminta
Tetsuji mengajarinya music klasik, dunia yang disukai anaknya.
Mereka berdua semakin dekat, tapi…
***
Keputusan Tetsuji memilih tempat pengasingan dirinya di
sebuah kota kecil yang bernama Miwashi membawa takdirnya bertemu dengan seorang
perempuan yang menjuluki dirinya sebagai Bibi yaitu Fukui Kimiko.
Disaat Tetsuji nyaris tenggelam, Kimiko datang
menyelamatkannya dan sejak saat itu dengan perjanjian keduanya, Kimiko membantu
membereskan rumah peninggalan ibunya Tetsuji agar layak dijual dengan imbalan Tetsuji
mau mengajarinya tentang music klasik.
Kehadiran Kimiko di rumah Semenanjung (sebutan untuk rumah
peninggalan ibunya Tetsuji) membuat pola hidup sehat untuk dirinya, bahkan
perlahan penyakit yang selama ini di deritanya pun perlahan semakin membaik. Dengan
berbagai racikan masakan dan minuman yang disajikan oleh Kimiko membuat Tetsuji
terbiasa dan betah dengan keberadaan Kimiko yang awalnya sangat menganggu dan
suka ikut campur namun perlahan sangat diharapkan kehadirannya.
Dilain sisi, Kimiko masih merasa bersalah atas kepergian
suami dan anaknya. Walaupun menampilkan wajah ceria dan bahagianya kepada
orang-orang yang disayanginya, di dalam hati tetap ada penyesalan yang terus
menghantuinya. Hingga kemunculan dan kedekatannya dengan Tetsuji membuatnya berharap
lebih untuk kebahagiaannya. Namun melihat langsung bagaimana sosok istri
Tetsuji yang masih mengharapkan kebaikan untuk keluarga mereka dan penampilan
serta kedudukan sosial yang disandang oleh Tetsuji membuat Kimiko berpikir
ulang akan semua hal. Kimiko dan Tetsuji bagaikan langit dan bumi. Dengan sifat
ketidakpercayaan dirinya itu membuat Kimiko urung untuk bermimpi dan berharap
lebih.
“Aku ingin dicintai,
Seperti aku mencintaimu.” (hal. 322)
The Wind Leading to Love mengajarkan tentang
banyak hal melalui kisah dua tokoh utamanya, Tetsuji dan Kimiko yang sama-sama terluka dan saling menyembuhkan. Seakan dalam
satu buku mengisahkan kisah kompleks dengan masalah yang dihadapi para tokoh
utamanya; tentang hidup, cinta, keluarga, kematian, mimpi, dan harapan.
Kisah yang di awali dengan masalah pelik yang di alami oleh
Tetsuji. Masalah pekerjaan kantornya yang seakan sangat membebaninya dan lagi
masalah keluarganya yang tiada akhirnya membuatnya imsomnia dan bahkan nyaris
terkena flu hati. Aku sangat memahami bagaimana posisi dan perasaan stress dan
beban hidup yang dipikul oleh Tetsuji dengan pekerjaannya. Menjadi seorang
pegawai di perusahaan orang lain yang dituntut untuk memberikan yang terbaik
untuk perusahaan. Di saat tuntutan pekerjaan semakin tinggi ditambah dengan
masalah keluarga, istri yang memilih ‘pending’ untuk nasib
pernikahannya. Bukankah hal itu sangat kejam? Di saat bersamaan pasti ada rasa
ingin membebaskan diri dari semua beban dan tanggung jawab. Tak dipungkiri juga
banyak orang yang menyelesaikan masalahnya melalui jalan pintas seperti bunuh
diri misalnya. Dan Tetsuji seharusnya bersyukur diselamatkan oleh Kimiko di
saat ia nyaris tenggelam.
Baca juga :
Sosok Kimiko digambarkan sebagai seseorang yang ceria yang
hidupnya seperti tanpa beban. Seseorang yang juga berbicara blak-blakkan tanpa
dipikirkan terlebih dahulu.. Padahal di balik itu semua, Kimiko hanyalah seorang
wanita yang kesepian selama ditinggal pergi oleh suami dan anaknya dengan
kepergian yang sangat ia sesali seumur hidup dan bahkan penyesalan yang
berkepanjangan. Dari kecil hingga dewasa, Kimiko pun hidup dengan keluarga yang
tidak harmonis, sehingga membuatnya terpaksa harus bersikap dewasa sebelum
waktunya. Seperti anaknya Tetsuji, Yuka. Walaupun umurnya masih kecil tapi ia
mengerti jika kedua orang tuanya selalu bertengkar. Di saat anak seumuran
dirinya mencari perhatian kedua orang tuanya, seorang anak dengan kondisi
keluarga yang tidak baik, pasti akan berpikir bagaimana caranya agar ia tidak
merepotkan dan menambah beban kedua orang tuanya. Bukankah anak yang seperti itu
diberi penghargaan? Bukan malah disalahkan dan dikambing-hitamkan atas
kehadirannya.
"Anak yang terdidik dalam keluarga dengan hubungan orang tua yang buruk, akan lebih cepat dewasa." (hal. 283)
Kehadiran Mai-chan seorang gadis muda, membuat buku ini ada
sisi hiburannya dengan tingkah polos dan blak-blakkannya. Yang sangat membekas
diingatanku adalah di saat Mai-chan sedang membahas perawatan tubuh ^-^ yaa
ampun bahasanya itu, luar biasa. Dan Kimiko dengan sifat baik hatinya malah mau
saja bertanya dengan Tetsuji atas pemaksaan dari Mai-chan. Hehehehe
Bahasa terjemahannya sangat baik, walaupun ada keganjalan
dengan bahasa terjemahan menggunakan kata ‘anu’ yang sering digunakan di setiap
percakapan para tokohnya (yang aku yakin, di Jepang kata ‘anu’ tidak ada
dikamus mereka). Tapi aku merasa baik-baik saja dengan kata ‘anu’ itu. Dan lagi
percakapan mereka yang sedikit banyaknya membahas tentang hal-hal yang
berkonten dewasa, tidak membuat aku risih atau merasa tidak nyaman. Karena cara
penulis (dan terjemahannya) membuat aku biasa-biasa saja menyikapi hal tersebut
dan bahkan malah terkesan lucu dengan pembahasan tersebut.
Diceritakan dari sudut pandang orang ketiga secara bergantian
antara Tetsuji dan Kimiko membuat aku bisa memahami bagaimana perasaan keduanya
menjalani hidup yang begitu keras. Dan wajar saja, disaat mereka sedang
melarikan diri dari beban masalah hidup, tiba-tiba mereka dipertemukan dan
Kimiko dengan segala perhatiannya dan Tetsuji dengan semua penerimaannya
terhadap jerih payah Kimiko untuk kesehatannya yang perlahan membuat mereka
dekat dan nyaman satu sama lain.
Dengan sajian konflik yang ringan (menurutku), tentang
seputaran keluarga, beban hidup yang berkepanjangan dan harapan dari seseorang
membuat novel ini seperti kita melihat kisah orang-orang disekitar kita dengan
konflik yang sama. Banyak pembelajaran yang bisa di petik dari membaca buku
ini. Karena apa yang ingin disampaikan oleh penulis melalui kisah dan masalah
Tetsuji dan Kimiko tersampaikan dengan baik. Membuatku kadang bertanya-tanya
sudah puaskah aku dengan hidupku yang sekarang? Walaupun tidak dipungkiri juga,
aku tetap akan bersyukur dengan apa yang sudah aku raih. Namun seperti halnya
Tetsuji dan Kimiko, hidup ini bukan untuk dijadikan sebuah beban dan paksaan saat menjalaninya, tapi dijalani
dengan ikhlas dan rasa nyaman serta kebahagiaan yang melingkupi.
Oiya, selain kisah manis antara Tetsuji dan Kimiko, buku ini juga membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan dunia musik klasik dan Opera. Bagi pembaca yang ingin belajar tentang musik klasik, bisa memulainya dengan mencoba mendengar seperti halnya yang dilakukan oleh Kimiko (lumayanlah bisa menambah wawasan terkait dua hal ini).
Untuk ending-nya sendiri, penulis sangat mahir untuk
membuat aku sangat penasaran dan tidak sabaran. Karena adanya twist yang
tidak terduga dan aku sangat suka dengan cara penulis menutup kisah ini dengan
baik. Dan kisah Tetsuji dan Kimiko ini memang sangat pantas memenangkan ajang Poplar
Novel Award ketiga sebagai juara pertama.
R A T I N G
Novel seperti ini kalau dijadikan drama Jerpang psti bagus banget krn ada nilai2nya itu ya mbak :)
ReplyDeleteIyaa banget April...
DeleteDan aku nggak bisa banyangin siapa yang cocok peranin tokohnya Kimiko kalau benar2 dijadikan drama, dengan karakter yang asal ngomongnya itu #lucu