Konten [Tampil]
Sesuai janji aku yang akan berbagi quote manis di bukunya kak Dy ini.
Siap-siap baper yaa...
Yang mau tahu pendapat aku tentang buku ini, kalian bisa langsung klik link di bawah;
“Hati
merupakan satu-satunya organ tubuh yang bisa beregenerasi. Mampu menumbuhkan
sendiri bagian yang hilang. Mungkin ini penyebab kita bisa jatuh dan patah hati
berulang kali sepanjang hidup kita.” – hal. 1
“…
di mana kita menyimpan kenangan? Tidak mungkin pada barang karena sekalipun
kita sudah membuang atau menjualnya, kenangan selalu menemukan cara untuk
kembali. Dan tidak juga pada ingatan karena seharusnya kita belajar untuk
melupakannya.” – hal. 7
“Mengingat
sering kali terasa menyedihkan. Namun, melupakan bisa dianggap sebagai
pengkhianatan.” – hal. 22
“Semandiri
apapun seseorang pasti ada waktunya bergantung ke orang lain. Bergantung ke
keluarga yang dimiliki.” – hal. 40
“Lebih
sakit, lho, ditinggal karena orang lain daripada sakit karena orang yang kita
cintai meninggal.” – hal. 43
“Kalau
kenangan itu memang sesuatu yang berarti nggak akan ada yang bisa membuat kita
melupakannya. Sekalipun barang atau tempat kita bikin kenangan itu udah nggak
ada.” – hal. 44
“Seperti
itukah rasanya ditemani seseorang? Saling diam dan seakan tidak melakukan apa
pun bersama tapi ada perasaan hangat yang menemani karena waktu ini di habiskan
bersama.” – hal. 83
“Melepaskan
masa lalu itu perkara keinginan. Tekad. Kamu pasti bisa kalau kamu mau.” – hal.
120
“Kalau
pasangan kita punya salah, bukan berarti kita harus selingkuh atau nyiksa
pasangan kita, kan? Seharusnya kita ngomong, kasih tau salahnya mereka apa,
bareng-bareng benerin hubungan itu.” – hal. 126
“Dalam
hidup nggak ada cinta yang mudah dan manis kayak di film-film. Semua yang
berhubungan dengan cinta pasti rumit dan sering menghadirkan sakit. Tapi,
seandainya kita jatuh cinta sama orang yang tepat kerumitan dan rasa sakit itu worth
it untuk diperjuangin.” – hal. 126
“Mengingat
kenangan yang membahagiakan jauh lebih sakit daripada mengingat kenangan buruk.
Karena kita tahu kenangan bahagia itu nggak mungkin terulang.” – hal. 138
“Setiap
kota punya aroma berbeda. Kamu nggak akan tahu itu kecuali kamu menikmati
setiap sudutnya, melihat apa yang sering terlewat bahkan oleh penduduk
setempat, memperhatikan arsitektur bangunannya, kebiasaan sosial penduduknya,
dan semua itu cuma bisa kamu dapatin kalau kamu jalan kaki.” – hal 150
“Terkadang
kenangan menjejak terlalu lama hanya karena kita menahannya hingga menyebabkan
bekas terlalu dalam.” – hal. 200
“Hidup
itu nggak ada yang namanya nggak ada resiko, nggak ada konsekuensi atau
kemungkinan buruk. Selalu ada masanya kita sedih, kita stress, bahkan mungkin
kita jenuh. Apa pun pilihan kita dan sesempurna apa pun hidup kita pasti ada
masanya untuk semua perasaan negatif itu. Tapi, kita bisa milih dengan siapa
kita menikmatinya. Pilih orang yang tepat. Bukan seseorang yang akan mengusir
semua perasaan negatif itu, tapi seseorang yang buat kamu siap menghadapi semua
perasaan negatif itu. Seseorang yang kamu yakin akan membuat tawa kamu lebih
bahagia dan sedih kamu berkurang.” – hal. 211
“Ketika
hati sudah menemukan belahannya, hidup tanpanya akan terasa menyedihkan, dunia
seakan kehilangan warna dan bahagia tidak lagerarti banyak.” – hal. 216
“Nggak
ada yang lebih mengerikan dari terpaksa menjalani hidup ini sendirian karena
kita membuang kesempatan yang pernah hadir.” – hal. 221
“Nggak
ada hubungan yang sempurna. Sama kayak nggak ada manusia yang sempurna. Tapi,
bukan berarti nggak ada hubungan yang layak untuk diperjuangin.” – hal. 222
“Cuma
orang yang nggak percaya diri yang ngerasa butuh kemampuan baca pikiran untuk
ngertiin orang yang disayang.” – hal. 231
“Kalau
kamu percaya diri dengan perasaan yang kamu punya, kamu pasti bakal benar-benar
perhatiin dia dan berusaha untuk ngerti dia. Nggak Cuma ngertiin apa yang
diucapkannya tapi juga tindakannya, kebiasaannya, bahkan ekspresinya.” – hal.
231
“Selalu
ada yang hilang ketika kamu menemukan sesuatu yang lain.” – hal. 237
“Cara
terbaik untuk mengahadapi masa lalu yang buruk adalah dengan membesarkan hati
hingga mampu untuk berdamai.” – hal. 239
Post a Comment
Post a Comment