Konten [Tampil]
Judul
Buku : Before I Meet You
Penulis
: Achi TM
Editor
: Miranda Malonka
Desain
Sampul : Orkha Creative
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal
Buku : 344 halaman
Terbit
: 2018
ISBN
: 978-602-0378-4-66
B
L U R B
Hubungan
Tasya dengan Zakki sudah berlangsung cukup lama, tapi terasa begitu rumit. Pria
itu baik dan santun, bisa membimbing dan menjadi imam bagi Tasya. Namun,
bagaimana akan melangkah ke masa depan jika kehidupan ekonomi Zakki serba tak
jelas dan tak bisa diandalkan?
Ketika
ibunya meninggal, Tasya benar-benar terpuruk. Di saat itu pula Arya semakin
gencar member perhatian pada Tasya menjanjikan kemapanan finansial dan
perlindungan bagi gadis yang kini sebatang kara. Tasya pun memutuskan menerima
lamaran Arya.
Hingga
suatu hari, Tasya menemukan kotak berisi surat-surat di kamar ibunya. Surat antara
sang ibu dengan seorang pria yang bukan ayahnya.
Membaca
surat-surat itu membuat Tasya merasa berada di persimpangan. Haruskah ia
memperjuangkan segala idealismenya atau kembali mengulang kesalahan besar yang
akan disesalinya seumur hidup?
K
I L A S B A L I K
Terbiasa
hidup berdua bersama ibunya yang sakit dengan ekonomi yang pas-pasan membuat
Tasya harus bekerja ekstra untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama sang ibu,
belum lagi dengan pengobatan ibunya yang juga menjadi tanggungannya. Semenjak ibunya
bercerai, ayah Tasya tak pernah lagi memberi nafkah kepadanya, mungkin pun sang
ayah sudah lupa dengan rupa sang anak.
Di
samping kekalutannya dengan perlakuan sang ibu semenjak sakit dan lagi beban
yang menaunginya, Tasya putus asa dan nyaris menyerah dengan hubungannya dengan
Zakki, cinta pertamanya. Zakki adalah sosok sempurna sebagai calon imamnya
kelak yang bisa membimbingnya ke jalan-Nya, namun Zakki dengan sifat ingkar
janjinya kerap membuat Tasya kesal dan kerap memancing pertengkaran di antara
keduanya. Berdalih karena kesibukannya bekerja, tetap saja Tasya beranggapan
kalau Zakki tak bisa di andalkan apalagi dengan pekerjaan freelance-nya serabutan.
Kehidupan seperti apa yang akan di jalaninya bersama Zakki.
“Lho, memangnya kita mau membangun perusahaan?
kita mau membangung keluarga Sya. …” –hal. 14
Bagi
Tasya, menikah tidak cukup hanya bermodalkan cinta, tapi juga kecukupan harta. Hidup
di dalam rumah yang bobrok, kecil dan sempit, Tasya berharap di masa depannya
jika ia menikah nanti hidupnya akan berubah. Menikah dengan orang yang
dicintai, berkecukupan harta, menjadi ibu rumah tangga, dan menyambut suami
pulang kerja di depan rumah adalah impian pernikahannya. Namun sayangnya hal
itu tidak ia dapat pada sosok Zakki.
“Seharusnya memang begitu. Cinta tanpa pamrih. Tapi,
aku elah… lelah sekali.” – hal. 14
Puncaknya
disaat ibunya meninggal, Tasya yang sangat membutuhkan keberadaan Zakki disampingnya
malah menghilang ‘lagi’ tanpa kabar. Dan kemunculan Arya sang manajer di
kantornya yang tiba-tiba dengan segala perhatian-perhatiannya membuat Tasya
luluh dan sedikit bisa mengalihkan perasaanya dari Zakki.
Di
samping itu semua, Tasya dikejutkan dengan tumpukan surat peninggalan ibunya
dengan seorang laki-laki yang ternyata memiliki nama yang sama dengan direktur
perusahaannya yang sudah meninggal. Mungkinkah?? Tasya tidak berani mengambil
kesimpulan apapun. Membaca surat-surat misterius itu Tasya berharap akan
mendapatkan sesuatu yang bisa mendekatkan dirinya dengan sang ibu, karena
selama ini bahkan sampai akhir hayatnya Tasya tidak pernah mendapatkan
perhatian kecil layaknya hubungan seorang ibu dan anak. Kecuali di saat
detik-detik terakhirnya, ibu memintanya dengan tegas agar segera menikah setelah
kematiannya dengan seseorang yang mencintainya dengan besar dan tulus.
Siapakah
yang akan dipilih oleh Tasya? Zakki yang shaleh tapi tidak berkecukupan dan
tidak bisa di andalkan? Atau Arya sang manajer yang jelas kemapanannya seperti
impian yang selama ini diidamkan Tasya untuk sebuah pernikahan yang seharusnya?
Lalu
siapa Danang yang dimaksud di surat misterius ibunya?
R
E V I E W
Ini
buku kedua penulis yang aku baca setelah Inya Allah, Sah!. Dan aku selalu suka dengan
gaya berceritanya penulis. Romance dengan bumbu-bumbu islami yang tidak
menggurui membuat buku ini banyak sisi positifnya dan sangat menginspirasi
khususnya untuk pembaca yang sedang galau dengan pilihannya saat ingin
memutuskan menikah karena iman atau karena kemapanan si calon dan juga dalam mendapatkan hidayah keislamannya.
Cerita
dibuka dengan ‘surat pertama’ untuk si wanita bermata ibu dari Danang pada
tahun 1984 sebagai awal perkenalan antara keduanya yang hanya terjalin melalui
surat. Yang setelah aku membaca buku ini semakin kebelakang, ternyata tulisan
dengan judul surat pertama, kedua, ketiga dan seterusnya adalah benang merah
yang terjalin di dalam alur cerita yang menyimpan banyak misteri serta
tanda-tanya buat pembaca. Melalui surat-surat ini juga alur ceritanya semakin
seru sekaligus mendebarkan karena melalui surat ini juga pembaca akan memahami
di balik arti sesungguhnya ‘mencintaimu karena Allah’ dan perjuangan cinta
sejati yang seharusnya serta seberapa pentingkah menikah karena cinta dan
menikah karena kemapanan.
Before
I Meet You diceritakan dari sudut pandang orang ketiga dari sisi Tasya sebagai
pencerita, membuat pembaca lebih dekat dan bisa ikut merasakan kegalauan Tasya
terhadap keputusannya untuk menikah karena beberapa fakor yang menjadi
pertimbangannya sebelum mengambil keputusan dan masalah masa lalu ibunya yang
ternyata cukup rumit yang ternyata juga berpengaruh sama arti sebuah pernikahan yang sesungguhnya versi Tasya. Dan menggunakan sudut pandang orang pertama untuk tulisan
surat-suratnya membuat kita ikut merasakan kehadiran si tokoh dalam surat yang seperti
sedang berbicara langsung.
Penggayaan
cerita yang menggunakan alur maju-mundur membuat pembaca semakin tertarik dan
tidak bisa meninggalkan setiap lembarnya sebelum menuju ending. Ada banyak plot
yang disampaikan penulis tapi benang merahnya tetap saling berhubungan satu sama
lain. Karena setiap permasalahan, tanda-tanya pembaca maupun konflik yang
muncul baik itu yang di masa lalu dan masa sekarang semuanya terjawab tuntas
tanpa ada yang tertinggal. Seperti tumpukan-tumpukan surat yang menjadi
petunjuk akan masa lalu ibu Tasya perlahan-lahan terungkap dan melalui surat
ini juga seakan pembaca bisa merasakan bagaimana ‘pada masa itu’ interaksi
antara Danang dan Rini mengirim surat dan menyimpan perasaan cinta yang
meluap-luap terasa lebih hidup, seakan mereka berada di masa sekarang. Aku
salut bagaimana penulis membuat surat-surat itu seakan terasa nyata, seakan
kita ikut merasakan interaksi antara dua tokoh yang sedang berhadapan langsung
padahal itu semua hanya melalui surat. Dan wajar saja jika Tasya pun ikut
merasa kalau seakan-akan ia sedang berdialog dengan ibunya secara langsung.
Untuk
karakter tokohnya. siapa sih yang nggak jatuh cinta sama karakternya Zakki yang
mengalami perubahan menjadi lebih baik lagi, lebih religius. Seseorang yang
bisa menjadi sosok calon imam yang sholeh. Yang tidak memaksa kehendak
cintanya, Zakki berpasrah semuanya kepada Allah dengan cara memasrahkan dirinya
melalui istikharah untuk memantapkan hatinya. Dengan tampilan sederhana , ia
bekerja keras untuk meyakinkan Tasya. Ia sadar kalau yang diinginkan Tasya
adalah kemapanan akan materi dan hal itu pun yang menjadi hambatannya. Menjaga jarak
aman tapi tetap melindungi Tasya dalam diamnya. Mengamankan kenangan Tasya
bersama ibunya dalam diam. Memberi perhatian dalam diamnya, berbanding terbalik
dengan Arya yang suka memamerkan harta kekayaannya termasuk rumah mewahnya dan
akan melakukan apa pun untuk menjadikan Tasya istri sahnya (di satu sisi janji-janji Arya memnag menggiurkan sihh, tapi.....) *isi sendiri*
Sedangkan Tasya.
Karena kehidupan pahitnya bersama sang ibu membuat Tasya memprioritaskan
kemapanan dalam mencari pasangan walaupun keimanan tetap jadi acuan terutama
dalam hal shalat. Terkadang pengalaman pahit bisa merubah seseorang.
Ada
lagi tokoh pendamping seperti Danang, Rini (ibu Tasya), dan Artha yang menjadi
benang merah antara masa lalu dan kehidupan Tasya di masa sekarang. Peran mereka
bertiga membuat kisah Tasya lebih komplit dan bikin greget. Dan tokoh Danang juga
menjadi favoritku disini selain Zakki. Danang ini sosok yang mencintai karena
Allah. Perasaan yang awalnya melupa-luap perlahan berubah karena hidayahnya. Cara
ia menolak Rini untuk dijadikan istri kedua karena sangat menjaga perasaan
istrinya, ya ampun aku baper disini. Kalau diperhatikan secara seksama, Danang ini versi Zakki di masa sekarang begitupun sebaliknya.
Oiya,
ada juga Diandra. Sahabatnya Tasya yang kerap kali dibuat kesal karena dijadikan
sebagai orang ketiga saat Tasya ingin berbicara dengan Arya terutama. Alias nyamuk
di antar mereka berdua.
“Kalau bertiga, tapi gue diabaikan, seolah-olah
gue cuma udara ngambang, apa bedanya sama berdua-duaan?” – hal. 329
Untuk
ilmu-ilmu islamnya aku rasa tidak berbeda jauh seperti yang kita alami di dalam
kehidupan kita sehari-hari. Seperti pertemanan antara Zakki, Kinanti, Sarah dan
Bimo yang membawa lingkaran pertemanan mereka untuk lebih dekat kepada Tuhan
dan saling sharing tentang agama.
Untuk
konfliknya, tidak ada yang berarti karena lebih ke pergulatan bathin dalam
sebuah hubungan, cinta, hidayah dan keluarga. Seperti alasan dibalik penyebab depresi
ibu Tasya. Didikan dari ayahnya dan hubungannya dengan suaminya hingga
bercerai. Hubungan Tasya dengan Zakki dan Arya serta keputusannya. Kemunculan sang
ayah yang tiba-tiba. Hubungan Danang dan Artha dan juga Nila, kakaknya Artha. Semuanya
terjawab tuntas dengan penyelesaian dan solusi yang baik dan tidak
dilebih-lebihkan seakan memang seperti itu seharusnya.
Banyak
hal yang bisa dijadikan pembelajaran hidup melalui kisah Tasya ini. Terutama dalam
mendapatkan hidayah untuk jadi lebih baik. Seperti Zakki yang mendapat hidayah
karena pertemanannya dengan Kinanti. Danang karena rasa cintanya yang
meluap-luap kepada Rini membuat ia sadar karena jodoh bukan di tangan manusia. Dan
itu semua membuktikan kepada kita kalau hidayah itu bisa datang kapan saja asal
ada kemauan di diri kita untuk menjadi seseorang yang lebih baik.
Overall,
aku sangat-sangat merekomendasikan buku kedua penulis yang diterbitkan GPU ini.
Bagi yang sedang mencari bacaan romance dengan bumbu islamnya yang tidak
menggurui dan memberi banyak pengetahuan tentang bagaimana seharusnya dalam criteria
mencari jodoh. Well wajib baca buku ini. Dan kabar-kabarnya buku ini akan di filmkan
juga mengikuti jejak buku Insya Allah, Sah!
R A T I N G
Setelah baca ulasan ini, jadi penasaran sama novelnya... hehe :D
ReplyDeleteAyukk kak dibaca bukunya :)
DeleteRecomended bingitt (kalau kataku) ;)