Konten [Tampil]
Judul
Buku : Marriage Deal
Penulis
: Marisa Umami
Editor
: Yuliono
Proofreader
: Rinandi Dinanta
Desainer
Sampul : Ade Ismiati Hakimah
Penata
Letak : Ade Ismiati Hikmah
Penerbit
: Roro Raya Sejahtera
Tebal
Buku : vi + 266 halaman
Cetakan
Pertama, September 2018
ISBN
: 978-602-5903-00-7
Kalau
ingin jatuh cinta…
Menikahlah
B
L U R B
ADA
YANG JAUH LEBIH BURUK DARI PERNIKAHAN TANPA CINTA…
PERNIKAHAN
DENGAN CINTA, TAPI BERTEPUK SEBELAH TANGAN.
Lian
merencakan segalanya sedari awal: sepakat untuk menikah, lamaran, menikah,
lalu… bercerai. Beruntung sekali dia dipertemukan dengan Agam, yang tak
keberatan diikutkan dalam rencana absurd itu.
Menjadi
istri Agam berarti dia harus menjalani kehidupan pernikahan mereka untuk
beberapa waktu lamanya. Laki-laki itu menghayati perannya sebagai seorang
suami, juga sahabt baru bagi Lian. Kebersamaan mereka lama-lama membangkitkan
sesuatu yang tak pernah dia rencanakan jatuh cinta pada arsitek tampan itu.
Meskipun
berat, Lian sulit menyangkal perasaan hatinya. Tapi ketika dia bermaksud
mengusulkan untuk memperpanjang umur pernikahan mereka, Agam malah memintanya
bercerai. Harusnya Lian tak keberatan, ini memang rencana mereka semula. Lalu
kenapa air matanya tak berhenti keluar? Bagaimana mungkin Lian merasa
kehilangan seseorang yang tak pernah benar-benar jadi miliknya?
Kilas Balik Cerita Marriage Deal
“Cinta bukan hal yang bisa kau putuskan begitu saja. Dalam realita, cinta menghadirkan banyak konsekuensi. Dan untuk saat ini, aku masih terlalu sibuk untuk menanggung berbagai konsekuensi yang mungkin timbul nantinya.” – hlm. 17
Cinta
bagi Lian bukan sesuatu yang menjadi poin utama dalam hidupnya. Di saat papanya
memberi pilihan menikah dengan calon suami pilihannya atau membiayai kuliah
spesialis jantung dengan biayanya sendiri, tentu saja Lian langsung menerimanya
tanpa pikir panjang. Bagi Lian menjadi seorang dokter spesialis jantung
bukanlah impiannya semata. Tapi ada hal-hal di masa lalu yang ingin
ditembusnya.
Mendapat
calon suami seperti Agam bukanlah kerugian baginya. Justru sebaliknya. Dengan Agam
yang tidak terlalu merepotkan dan mau di ajak kerja sama tentu saja bukan
masalah utamanya. Yang penting bagi Lian melamar, kemudian menikah, lalu
bercerai. Habis perkara. Walaupun Agam sendiri tidak tahu-menahu soal alasan
dibalik Lian mau menerima perjodohan dari papanya.
“Karena … terkadang cinta sama kayak penyakit. Nggak akan ketahuan kalau nggak dicek.” – hlm. 101
Pertama
kali bertemu dengan sosok Lian ada sesuatu yang membuat Agam mau menerima
perjodohan dari sang Ibu tercinta. Bagi Agam cinta itu bisa muncul dengan
sendirinya, karena intensitas keduanya nanti maka Agam percaya kalau rasa cinta
itu akan hadir dengan sendirinya. Jadi Agam tidak terlalu memperumit ocehan-ocehan
asal dari Lian di awal pernikahan mereka.
Namun
semua itu sedikit membuatnya mulai ragu dengan nasib pernikahan mereka yang
baru seumur jagung. Lian selalu menuntutnya untuk segera bercerai dan semakin
menambah beban pikirannya selain urusan pekerjaannya tentu saja. Ditambah lagi
satu fakta yang akhirnya terkuak di balik alasan Lian yang semakin gencar ingin
bercerai dengan dirinya. Apa yang akan diputuskan Agam untuk nasib pernikahan
mereka? Menceraikan Lian sesuai keinginannya? Atau tetap mempertahankan
pernikahan mereka yang sudah jelas terlihat akhir endingnya..
“Terkadang hanya sesama orang gila yang bisa saling memahami.” – hlm. 46
Wawww,
siapa yang menganggap tingkah Lian normal? Aku big no tentu saja. Kalau aku
sih boro-boro, kalau udah nemu sosok suami yang perfect-able macam Agam
langsung sikat kalau bisa dikurung terus, wkwkwk.. Ini si Lian-Lian ini memang
nggak bersyukur banget, dan membaca buku ini siap-siapa aja dibuat kesal dengan
tingkah laku tokoh utama ceweknya.
Pertama-tama
aku cuma mau ngingatin (siapa yang tau kalau kalian lupa), kalau kisah romance
di dalam buku ini nggak seperti cerita-cerita dewasa pada umumnya lohh. Jangan tertipu
sama covernya, karena alur cerita, konflik dan romancenya tentu saja masih
dalam batas yang wajar. Nggak terlalu adegan kipas-kipasnya J. Dan khusus untuk
buku ini sangat berlaku dengan ‘jangan tertipu dengan bentuk covernya’. Hahaha
Untuk
novel debut penulis aku sangat-sangat menikmati alur ceritanya (seriusan, aku
nggak pake boong ini). Dan jujur awalnya aku nggak berekspektasi tinggi loh
dengan bukunya, malah biasa-biasa saja pas bacanya. Tapi begitu aku baca
dibagian setelah pernikahan mereka, aku cuma bisa bilang “hemmm, ini mulai
menarik”. Dan benar saja nggak butuh waktu lama dalam waktu kurang lebih tujuh
jam aku selesai menamatkan buku ini.
Aku
suka bagaimana penulis membuat alur ceritanya yang awalnya mudah ketebak akan seperti
apa, tapi ada di bagian tertentu yang bikin syok dan nggak nyangka. Dan penulis
berhasil membuat aku terkejut. Plot twist-nya jempol. Apalagi dengan
suasana romance –nya aku cuma bisa senyum-senyum gaje sendiri. ditambah lagi
dengan karakternya Agam yang luar biasa menawan para pembaca (aku yakin pasti)
nggak hanya tampilan fisik yang oke, tapi kelakuannya itu loh selalu ada saja
kata-kata yang bisa buat aku gregetan, apalagi Lian yang selalu dibuatnya
marah-marah dalam arti yang baik tentu saja yang semakin menambah nilai
kegemasannya Agam J
sosok suami yang yang sangat pengertian dan memahami sang istri. Padahal dengan
jadwal pekerjaan yang sama-sama sibuk – Agam yang seorang Kontrantor dan Lian
seorang dokter – namun Agam disini sangat penyabar. Dan saran aku saat membaca
buku siapin dulu hati kalian guys biar nggak baper duluan sebelum endingnya,
hehehe
Untuk
konfliknya sendiri, masih tergolong ringan sihh menurutku. Masalah yang muncul
di dalam rumah tangga pada umumnya, namun di buku ini di malam pertaa
pernikahan mereka pun uda ada konfliknya dan lagi masalah Lian dengan papanya
yang sudah dipendamnya dari ia berumur 10 tahun (kalau aku nggak salah ingat
yaa guys). Dan di bagian masalah dengan papanya ini, penulis mengajarkan kita
bahwa tidak hanya dalam sebuah pernikahan saja kita harus menjaga komunikasi
tapi juga ekpada orang tua kita tentu saja harus menjaga komunikasi yang baik
agar ke depannya tidak adanya kesalahpahaman yang muncul seperti Lian misalnya.
Overall,
bagi
kalian yang menyukai cerita romance yang manis dan beda dari biasanya aku
saranin baca buku ini terlebih dahulu. Romance dewasa tapi nggak terkesan
dewasanya J
bingung dengan ‘nggak terkesan dewasanya’?? Baca deh bukunya, hehehe. Oiya,
untuk buku ini tetap saja harus dibaca oleh kalian yang sudah berumur 17 tahun
ke atas yaa.
R A T I N G 4 🌟
Dan tadaaaa hasil challenge aku kali ini ☺☺
Ah, aku jadi makin penasaran sama buku ini. Pengen ngerasain baper sama tingkah Agam, tapi si Lian emang senyebelin itu, kah? Apalagi masuk kategori dewasa yang nggak terkesan dewasanya, hihihi...
ReplyDeleteAh, jadi penasaran sama alesan Lian sebenernya sampe nekat minta cerai mulu. Adam? Hm ... cogan detected 😂
ReplyDeleteEntahlah. Aku merasa cinta itu memang rumit. Makanya aku lebih memilih berlogika dalam memahami cinta. Seperti yang sering kujadikan motivasi tok bahwa cinta itu ibarat sebuah neraca- di kanannya ada bahagia di kirinya ada luka. Semua tergantung bagaimana sikap kita pada akhirnya, apakah akan memperberat timbangan bahagia atau justru luka.
ReplyDeleteAaah, aku baper baca reviewnya. Berharap banget dikasih kesempatan baca buku ini. So seriously, i love it. Lian, kamu sama aku aja deh ya ;p
Jatuh cinta. Berjuta rasanya.
ReplyDeletePenasaran sama si cewek. Kok bisa punya rencana menikah lalu... cerai. Kan biasanya cowo yg punya pikiran kayak gitu.
Wish me luck.
Lian emang senyebelin itu yaa kak, badewey aku penasaran loh kak kehidupan Lian dan Agam setelah menikah. Mereka kan sama" sibuk, eeum ketemu mungkin pas malam hari? terus pendekatannya gimanaya? aku juga penasaram sih kenapa Lian minta cerai.. hihi semoga aja berkesempatan membaca novel ini yaa
ReplyDeleteKalo aku tangkap info dari review kesannya Lian menikah dengan Agam untuk menghindari membiayai sendiri kuliah spesialis jantung impiannya. Aku merasa kasihan sama Agam saat Lian minta cerai padahal umur pernikahan masih seumur jagung tanpa tahu alasan sebenarnya. Apa tidak ada solusi lain yang lebih bijak buat menyelesaikannya? Btw, umur Lian berapa sih kok pemikirannya begitu ya?😑
ReplyDeletedari kmarin sempet bingung mau cari cerita2 yang model begini. yang konfliknya gak terlalu berat, yang bikin baper, yang manis2 tapi tetep bikin penasaran dan gak bosen bacanya. abis baca review ini malah jadi makin penasaran dong. haduuu :'D
ReplyDeleteCeritanya bakalan bikin baper nih kayaknya, apalagi kalau akhirnya entar sama-sama suka dan pada malu-malu kucing :D Sebenarnya aku baca reviewnya nih jadinya marah sama Agam tapi sepertinya harus baca novelnya dulu biar ngerti situasinya :D
ReplyDeleteAku ngerasa kesel sama Agam karena mikir 'kok mau sih?' kan ujung-ujungnya bakal diceraikan. apalagi Lian emang awalnya ga mikirin perasaan dari Agam. Kenapa ga nyari yang bisa nerima dia tanpa harus ada syarat-syarat kayak gituan coba :'(
ReplyDeleteJadi.... yang masih menjadi pertanyaan besarnya adalah "mengapa Lian berencana mau minta cerai setelah menikah?"
ReplyDeleteIni yang jadi pertanyaan tegbesar setelah aku baca review ini. Beneran bakal terjawab nggak nih alasannya di novel ini? Semoga iya :)
Ah, cerita tentang pernikahan itu selalu menarik buatku. Meskipun, aneh untuk sebagian orang. Karena menurutku, kadang novel yang kayak gini lah, yang ngebantu kita. Untuk milih, mana sih solusi yang baik untuk masalah di kehidupan nyata. Meskipun kadang nggak relate juga, tapi bisa jadi inspirasi gitu
ReplyDelete