Konten [Tampil]
Judul Buku
: Rain Sound
Penulis :
Vachaa
Editor :
Prisca Primasari
Proofreader
: Rinandi Dinanta
Desainer
Sampul : Ade Ismiati Hakimah
Penerbit :
Roro Raya Sejahtera
Cetakan Pertama,
Juni 2018
Tebal Buku
: vi + 250 halaman
ISBN : 978-602-51290-8-7
Perempuan
itu takut akan hujan.
Lelaki itu
mencintai hujan.
Bersama takdir,
hujan mampu menyatukan dua hati…
juga memisahkan
mereka.
B L U R B
Tahukah kamu,
hujan turun karena awan tak sanggup lagi menahan air yang membebaninya?
Begitu juga
alasan orang menangis karena tak sanggup lagi membendung emosi dan luka yang
menyesaki hatinya.
Aku tak
mungin bisa membenci hujan karena hanya dia yang paling mengerti kesedihanku.
Hujan menemaniku
saat menangisi kepergianmu.
Menyembunyikan
air mataku di balik derasnya.
Ketika perlahan
derainya berubah jadi rintik-rintik gerimis, aku berjanji akan merelakanmu. Aku
menyangkal diri, tentu saja.
Bagaimana mungkin
aku bia melupakan begitu saja orang yang pernah membuatku teramat bahagia?
K I L A
S B A L I K
Di saat dua
orang yang sebelumnya tidak pernah bersinggungan dengan dua hal yang saling
bertolak-belakang tiba-tiba malah di pertemukan dengan takdir yang tidak
terduga. Gilang adalah kakak kelas Pelangi di sekolahnya, yang diam-diam
dikaguminya dan selalu diikutinya kemana pun Gilang berada. Semua tempat yang
menjadi favoritnya Gilang, Pelangi tahu. Termasuk markas menyendirinya di rooftop
sekolah dan Butter Cafe di seberang sekolah mereka, tempat
tongkrongan Gilang dan temannya, Nando.
Hingga pada
suatu hari, di saat hujan turun dengan derasnya, Gilang melihat seorang gadis
yang menurutnya sangat aneh dengan posisi berjongkok di sudut kelas sedang menutup
telinganya, hingga akhirnya ia tahu bahwa gadis itu bernama Pelangi dengan rasa
bencinya kepada hujan dan Gilang pun memberi headphone miliknya untuk
pengalihan suara hujan kepada Pelangi.
Sejak saat
itu pun keduanya menjadi semakin dekat, dengan semua sifat ceria yang dimiliki
Pelangi membuat Gilang pun tanpa sadar jadi merasa nyaman berada dekat dengan
Pelangi dan membuat keduanya saling menceritakan masa lalu masing-masing tanpa
menyadari kalau masa lalu mereka akan menjadi boomerang bagi keduanya di masa
depan.
“Mungkin ini memang takdir kita, cerita terbaik
buat kita. Gue yakin Tuhan sudah menuliskan cerita yang indah, karena Dia
sayang sama kita. Skenario Tuhan akan selalu menjadi yang terbaik.” – hlm. 245
Satu kata
untuk novel ini, unik. Unik dalam arti seseorang yang membenci hujan. Mungkin
aku akan maklum kalau ada yang membenci hujan, nah sosok Pelangi di buku ini
juga membenci suara hujannya.
Di
ceritakan dari sudut pandang orang ketiga dari setiap tokohnya, membuat pembaca
bisa memahami dengan baik perasaan para tokohnya, terutama Pelangi dan Gilang.
Terutama Pelangi. Memiliki seorang Ayah yang workaholic membuatnya
kesepian dan sedih secara bersamaan. Penulis sangat mahir dalam meramu cerita
remaja dengan plot twist di setiap part-nya dengan tak terduga. Bahkan hingga
endingnya sekalipun, banyak teka-teki yang semakin membuat pembaca semakin
penasaran dengan akhir kisahnya. Dan alasan di balik Gilang dan Pelangi yang
menyukai hujan dan membenci hujan dapat di terima dan aku pun dapat
memakluminya dengan masa lalu mereka dan permasalahan keluarga keluarga
masing-masing.
Untuk konfliknya
sendri masih tergolong ringan, dan mungkin terkesan banyak konflik tapi pas,
sesuai porsi ceritanya, khas remaja tapi tidak berlebihan. Malah jadi terlihat
lebih nyata sesuai dengan kehidupan para remaja pada umumnya dengan
masalah-masalah dalam hidup mereka, seperti dalam hubungan asmara percintaan,
keluarga bahkan persahabatan.
Aku suka
bagaimana penulis menggambarkan interaksi antar tokohnya yang walaupun banyak
peran dengan karakter yang berbeda-beda membuat buku ini semakin berwarna dan
menghibur dengan tingkah pola para tokohnya. lucu dan bikin senyum-senyum
sendiri saat membacanya.
Ada Gilang,
kakak kelas Pelangi yang terlihat cuek bukan most wanted sekolah tapi
punya pesona nya sendiri yang buktinya bisa membuat seorang Pelangi bisa
menguntit aktifitasnya setiap hari J.
Pelangi,
hidupnya yang terlihat secerah matahari itu membuat siapapun di sekolahnya
menjadi betah berteman dengannya, bahkan dengan sifatnya itu ia nyaris tidak
ada musuhnya di sekolahnya. Dan menyukai Gilang di saat sahabatnya Devi dan
teman-temannya malah menyukai Nando yang terkenal dengan pesonannya di sekolah.
Nando, playboy,
suka tebar-pesona dengan cewek-cewek di sekolah, sahabatnya Gilang. Setiap bertemu
dengan Pelangi tidak pernah akur karena selalu berdebat, membuat Gilang sakit
kepala setiap melihat kelakuan mereka yang tidak pernah dewasa itu.
Ada Dito,
ketua basket sekolah yang menyukai Pelangi dengan perhatian-perhatian kecilnya
yang buat baper pembaca tapi kebal dengan Pelanginya J. Devi,
sahabatnya Pelangi yang menyukai Nando si playboy. Ada Natasha dan Ariko yang
selalu kemana-mana berdua dimana pun mereka berada. Dan Nando yang menyukai
Natasha secara diam-diam.
Dan masih ada
lagi karakter-karakter tokoh lainnya yang membuat buku ini jadi makin seru
walaupun untuk remaja percayalah kalau buku ini mempunyai alur yang lebih seru
dan asyik dan nggak bikin jenuh.
Overall, aku suka
dengan novel remaja terbitan Roro yang satu ini. Kehidupan ala remajanya tidak
membosankan. Bahkan tanpa sadar membuat kita mengingat ulang kisah kasih di
sekolah kita dulu juga J. Rekomendasi buat kalian
yang penyuka romance ala remaja yang nggak bikin jenuh dengan alur cerita yang
nggak berlebihan.
“Mungkin ini emang takdir kita, cerita terbaik
buat kita. gue yakin Tuhan sudah menuliskan cerita yang indah, karena Dia
sayang sama kita. Skenario Tuhan selalu menjadi yang terbaik.” – hl. 245
R A T I N G
Dan di buku
Rain Sound ini juga banyak kutipan tentang takdir seseorang dalam
kehidupnnya. Dan beberapa yang menjadi favoritku;
“Itulah
takdir, kita bisa menentukannya sekarang. Mau gimana kita nantinya, itu
tergantung pada apa yang kita pilih saat ini, karena kita yang menentukan
takdir kita sendiri.” – hlm. 5i
“Terkadang
ada beberapa hal di dunia yang tidak dapat kita ubah; sekeras apa pun kita
berusaha.” – hlm. 52
“Cepat atau
lambat semua orang pasti ninggalin kita. Karena pada akhirnya, kita akan menempuh
takdir yang kita pilih – sendirian.” – hlm. 58
“Takdir itu
Tuhan yang nentuin. Itu semacam scenario yang Dia buat untuk kita – manusia –
jalanin. Bagaimana kita menyikapi takdir, itu tergantung kita sendiri. tapi
bagaimana pun cara yang kita tempuh untuk ‘merajut’ takdir kita, gue rasa itu
juga bagian dari skenario Tuhan.” – hlm. 59
“Kadang,
kita harus merelakan orang yang kita sayangi untuk bahagia – meski kebahagiaannya
itu bukan kita.” – hlm. 211
“setiap
tetes hujan yang turun itu membawa pesan. Tapi nggak semua orang bisa menangkap
pesannya.” – hlm. 230
***
Seperti biasa setiap blog tour bersama Penerbit Twigora selalu adachallenge-nya. Dan ini adalah challenge di blog tour #RainSound aku ☺☺☺
Gilang peka banget langsung ngasih earphone wkwk
ReplyDeleteMau dong dipekain juga hahahaha
Cogan detected ๐
kalo dibaca lewat blurbnya, penulis membawakan untaian katanya dengan sangat puitis tapi saat telah membaca reviewnya, aku rasa cerita ini punya sudut puitis dan cerita yang renyah, santai dan pembawaannya asyik.. jadi pengen baca yaampun ;)
ReplyDeleteAsli aku suka banget sama quotes-quotes yang kk tulis diatas dan semuanya itu bener :')
ReplyDeletePenasaran dengan kisah masa lalu Pelangi sehingga dia membenci hujan dan suara hujan.
ReplyDeleteHhmmm.. Sosok Gilang ini bikin penasaran yaa. Dan juga penasaran kenapa pelangi takut suara hujan. Menarikk banget ini! Aku pengen tau apa yang terjadi sama mereka.
ReplyDeleteMembaca poin kilas balik, bikin baper deh, kisahnya tuh sweet bangeeeet....
ReplyDeleteOverall, dari review ini terasa ceritanya khas remaja banget, dengan segala konfliknya tapi nggak terlalu berat. Pengen baca deh....penasaran akut
Tagline nya kalau bahasa gaulnya "Mantap Jiwa lahir batin"
ReplyDeleteFoto challenge-nya bangus kak. Suka sama perpaduan payung dan cover bukunya, harmonis gitu.
ReplyDeleteGilang๐๐
ReplyDeleteSuka banget sama Gilang dan Pelangi. Aku jadi penasaran kok Pelangi nggak suka hujan.
ReplyDelete