Konten [Tampil]
Judul
Buku : Cinderella Tanpa Sepatu Kaca
Penulis
: Indah Hanaco
Editor
: Afrianty P. Pardede
Penerbit
: Elex Media Komputindo
Terbit
: 2018
ISBN
: 978-602-04-8494-5
Baca
via Ipusnas
Blurb
Astrid
Florita bukan Cinderella, di hidup di Planet kemiskinan. Usianya masih belia,
tapi sudah harus menghidupi dari sendiri dan adik semata wayangnya, Willa. Keadaan
memaksa Astrid tumbuh menjadi gadis tangguh yang pantang menyerah. Hingga,
cita-cita lama yang pernah dipaksanya untuk mati, mengantarkan Astrid pada dunia
baru.
Rancangannya
yang berlabel Kenangan, membuka
berjuta pintu kesempatan. Salah satunya adalah mengenal Jang Song Joo, pria
asal Korea yang sering keliru memilih kata dalam Bahasa Indonesia. Song Joo mengurus lini busana
bernama Dressy yang kelak mempekerjakan Astrid. Pertemuan pertama mereka
berkesan busuk bagi Song Joo karena Astrid telat dua jam! Namun, di mata
lelaki itu, kegeniusan ide dari Kenangan membuatnya
tak punya pilihan kecuali merekrut gadis itu menjadi salah satu tim desain.
Perjalanan
ke Korea membuat hubungan keduanya berubah. Perasaan ajaib bernama cinta mulai
meletup ke udara. Setelah tarik-ulur yang membuat lelah, Song Joo berhasil
meyakinkan Astrid untuk menjadi kekasihnya. Akan tetapi, apalah arti mengaku
cinta jika tak kuasa melewati badai penguji, bukan?
Astrid
memilih melepaskan Song Joo yang harus kembali ke Negaranya. Gadis itu tak
sanggup menjalani hubungan jarak jauh. Ketika Song Joo kembali ke Jakarta,
Astrid tahu perasaannya pada lelaki itu takkan pernah mati. Dia menderita
karena cinta yang terpaksa disembunyikan. Apalagi saat Song Joo bersikap seolah
mereka tak pernah terikat asmara.
Mungkinkah
lelaki itu tak pernah mencintai Astrid?
Book Review Cinderella Tanpa Sepatu Kaca - Indah Hanaco
Ntah
kenapa di setiap karyanya kak Indah yang baru-baru terbit ini, aku cukup
kesulitan untuk membuat kilas balik dari cerita buku ini. jadi kali ini aku
memutuskan untuk langsung membuat review-nya saja. Karena menurutku untuk kilas
baliknya dibagian blur-nya itu sudah cukup jelas sekali. Jadi kalau aku buat
lagi, ntah seberapa panjang review aku kali ini, hehehe
Dengan
316 halaman aku tetap merasa kurang cukup juga untuk kisah Astrid dan Jang Soon
ini. apalagi di ending-nya. Aku maunya
dilebihkan. Sisi kebaperanku masih kurang puas. Hehehhe
Baiklah.
Tinggalkan sejenak dengan sisi kebaperanku yang murah meriah itu.
Sesuai
judulnya, Cinderella Tanpa Sepatu Kaca. Tentang seorang gadis yang bernama Astrid yang menjalani kehidupan yang cukup berat di usianya yang tergolong masih muda. memang bukan seperti kisah Cinderella yang seperti Negeri Dongeng
dimana Cinderella ketinggalan sepatu kacanya lalu bertemu dengan pangeran.
Astrid lebih dari itu. Entah siapa yang harus Astrid salahkan. Ibunya yang
menikah sampai tiga kali hingga membawanya ke kehidupan yang serba kesusahan
bersama sang adik? Atau memang garis hidupnya yang sudah ditakdirkan seperti
itu dari awal?
“Kamu mengejutkanku! Tidak akan ada yang mengira
kalau gadis semungil dirimu menghadapi kehidupan yang begitu keras. …” hlm. 174
Alur
cerita yang mengalir deras dan ringan di ceritakan dari sisi kelam kehidupan
Astrid yang penuh cobaan. Dimulai dari ibunya yang menikah tiga kali, efek yang
ditinggalkan oleh sang Ayah tiri, hingga ibunya meninggalkannya bersama sang
Adik, Willa dan menuntut Astrid untuk tidak memikirkan dirinya saja tapi ada
sang adik yang masih kecil yang menjadi tanggung jawabnya. Memaksanya untuk
bekerja serabutan demi kelangsungan hidup mereka berdua. Bahkan aku sebagai
pembaca pun bisa memaklumi bagaimana pemikiran Astrid yang terpaksa harus
berpusat pada uang. Astrid hidup dalam realistis dengan kehidupannya bukan
karena ia materialistis. Apa-apa dihubungkan dengan uang.
Diceritakan
dari sudut pandang orang ketiga dari sisi tokoh utamanya, walaupun yang lebih
dominan Astrid. Aku merasa puas dengan pemikiran dan perasaan keduanya. Ntah hanya
aku saja yang merasa kalau penulis lebih memfokuskan pada sisi kehidupannya
Astrid ketimbang Jang Soo. Terbukti dari impian Jang Soo tentang keinginannya
untuk menjadi juara dunia di bidang olahraga Bulu Tangkis kurang di bahas hanya
sekadar ‘cukup tahu saja’.
Aku
suka dengan tema yang diangkat penulis kali ini. Mengingatkanku pada penulis lainnya
yaitu Christian Simamora. Tentang perusahaan yang bergerak dibidang produksi
pakaian jadi. Sangat detail dan membuatku juga ikut merasakan semangat Astrid
saat mulai terjun bekerja di perusahaan dengan pekerjaan impiannya. Dari mulai
desain, diskusi persetujuan desain sebelum di produksi, dan hal-hal yang harus
dilakukan perusaahan sebelum pakaian jadi tersebut dipasarkan dan di publish ke
kalangan masyarakat. Dan lumayan menambah wawasanku juga tentang berbagai macam
model nama-nama dalam hal mendesain (sebutannya). Walaupun aku nggak cukup paham
juga tapi penulis membantunya dengan adanya catatan kaki sehingga memudahkan
pembaca untuk memahami maksud dari model-model pakaian atau rancangan yang
sedang dibahas tersebut dan membuatku bisa mudah untuk memainkan imajinasiku.
Untuk
karakter tokohnya, penulis hanya memusatkan perhatian pembaca pada dua tokoh
utama saja, Astrid dan Sang Joo. walaupun tetap ada tokoh sampingan lainnya
untuk pendukung. Seperti Danika yang kurasa hanya sekadar numpang lewat saja di
awal. Maureen ‘cinta pertama’ Song Joo di Jakarta yang kukira bakal
menimbulkan sesuatu ternyata tidak seberat itu, heheh aku terlalu tinggi
berharap. Nah untuk Maureen ini aku sempat curiga kalau dia hanya memanfaatkan
Song Joo yang seorang anak dari pendiri perusahaan. Ada Willa, adiknya Astrid
yang berpikiran dewasa padahal masih bocah. Dan aku cukup terhibur dengan sifat
keras kepalanya Willa yang meurutku malah lucu. Dan Ada Betty tetangganya Astrid
yang menjadi awal dari kebaikan dalam hidupnya Astrid.
Ada
bagian favoritku di buku ini saat Astrid sedang jalan-jalan berdua bersama Song Joo di Korea. saat Astrid terdiam sepanjang perjalanan sampai tiba-tiba Song Joo dapat kabar kalau Dessry tertimpa masalah serius Astrid malah kelihatan
senang, wkwkwk dengan lahap malah menghabiskan stok kue yang awalnya enggan ia
santap.
Untuk
konfliknya sendiri kurasa tidak ada yang terlalu kentara, masih tergolong
ringan. Karena hanya berpusat pada permasalahan perasaan tokohnya saja.
Dan
untuk pengembangan alurnya aku tidak merasakan ada perubahan yang berarti. Misalnya
Astrid yang hidupnya mulai berubah semenjak bekerja di Dessry tidak diceritakan
kembali kehidupan setelah ia mulai mendapat pekerjaan tersebut. Misalnya berkat
pekerjaannya itu hidup Astrid dan Wila mulai baik dan semacamnya, tapi disini
tidak dibahas. Seakan menggantung begitu saja. Betul-betul (yang menurutku) focus
cerita makin kesini hanya berpusat pada tokoh utama.
Kalau boleh jujur, aku awalnya ngerasa aneh sama pilihan negara dan nama tokoh dari novelnya kak Indah kali ini. Ntahlah. Aku ngerasa kalau Korea nggak cocok sama kak Indah yang suka berpetualang (ntah apa hubungannya - abaikan). Mungkin karena selama ini nama-nama pilihan tokohnya yang lebih ke barat-baratan kali yaa, jadi sekalinya Korea kok agak canggung gitu pas aku bacanya. heheh. Ini bukan hal serius sih sebenarnya, cuma pikiran aku aja yang riweh dan ini sama sekali tidak mengganggu sama alur ceritanya.
Kalau boleh jujur, aku awalnya ngerasa aneh sama pilihan negara dan nama tokoh dari novelnya kak Indah kali ini. Ntahlah. Aku ngerasa kalau Korea nggak cocok sama kak Indah yang suka berpetualang (ntah apa hubungannya - abaikan). Mungkin karena selama ini nama-nama pilihan tokohnya yang lebih ke barat-baratan kali yaa, jadi sekalinya Korea kok agak canggung gitu pas aku bacanya. heheh. Ini bukan hal serius sih sebenarnya, cuma pikiran aku aja yang riweh dan ini sama sekali tidak mengganggu sama alur ceritanya.
“Baiklah, Tuhan. Aku tahu, setelah ini aka nada hal
baik untuk baikku. Aku tahu. Hal baik di masa depan sepanjang aku terus bekerja
keras.” – hlm 15
Membaca
buku ini selain menambah wawasan kita tentang berbagai macam model desain
pakaian, juga terdapat beberapa pesan kehidupan. Seperti teruslah untuk tetap
berpikiran/berprasangka baik untuk hidupmu sendiri, karena dari prasangka
itulah hal-hal berikutnya yang akan terjadi dalam hidupmu. Kerja keras tidak
pernah berakhir dengan sia-sia, karena pada akhirnya hasil yang baik akan kita
peroleh jika sudah waktunya tiba. Jangan pernah menilai atau menuduh orang sembarangan
tanpa ada bukti yang jelas. Jika ingin berhasil dan meraih kesuksesan, cintailah
dari apa yang kita kerjakan.
Overall, yang
menyukai kisah dongeng Cinderella dalam versi yang berbeda aku sarankan baca
buku ini. banyak hal dari sisi kehidupan dan karakternya Astrid yang bisa di
contoh untuk kehidupan sehari-hari kita. Tentang hubungan keluarga, kerja keras, dunia kerja, tentang fashion, makanan dan juga cinta.
Beberapa
kutipan yang menarik perhatianku di dalam buku ini:
“Ternyata,
saling kenal sekian lama tidak menjamin kamu akan memahami seseorang dengan
sempurna. Tetap saja ada sisi busuk yang disembunyikan.” – hlm. 7
“Semua
orang harus berjuang. Berperang. Takkan ada pangeran yang akan menyelamatkan
hidupmu.” – hlm. 9
“Usaha
maksimal itu wajib hukumnya. Makin keras bekerja, makin dekat dengan keajaiban.”
– hlm. 69
“Tidak
ada orang yang hidupnya hanya dipenuhi hal-hal buruk saja, Astrid. …” – hlm.
264
R A T I N G
makasih reviewnya
ReplyDeleteSama-sama kak :)
DeleteWah ada di Ipusnas, boleh juga nih.. 😁
ReplyDeleteIyaaa,
DeleteSekarang ini di Ipusnas lumayan banyak buku2 terbaru..
lumayan bisa berhemat, hehehe
Belum pernah baca bukunya mba Indah Hanaco. Jadi pengen baca deh.
ReplyDeleteKuyy dibaca segera :)
Delete