Konten [Tampil]
Judul Buku : Me Minus You
Penulis : Dian Mariani
Penyunting : Deesis Edith M
Desain Sampul : Yanyan Wijaya
Penata Letak : Dea Elysia Kristianto
Penerbit : Bhuana Sastra
Terbit : 2018
ISBN : 978-602-455-625-9
Tanpamu aku
mampu, tapi aku tak mau
B L U R B :
Rein
dan Daniel.
Dua
sosok dewasa, dengan cinta yang dewasa juga. Tidak pernah ada aturan harus
selalu bertemu atau melapor setiap hari. Semua tumbuh begitu saja, termasuk
perasaan cinta. Daniel bukan pria romantic dan pandai bermain kata. Tapi dari matanya,
Rein tahu ia disayangi. Diinginkan. Dicintai. Rein percaya pada Daniel, sepenuh
hatinya.
Hingga
keraguan dating dan mengusiknya. Saat sedang bersama, Daniel beberapa kali
harus meninggalkannya, setelah menerima telepon dari seseorang. Seseorang yang
tak pernah sanggup diceritakannya pada Rein. Seseorang yang –mau tak mau- telah
menjadi bagian penting dalam hidup Daniel.
Rahasia
apa yang disembunyikan Daniel? Kalau harus memilih, siapa yang dipilih Daniel? Seseorang
–yang penting untuknya sejak dulu- atau Rein yang baru dikenalnya tapi berhasil
membuatnya jatuh cinta? Atau… bolehkah ia memiliki keduanya?
Tanpamu
aku mampu.
Tapi
aku tak mau.
Aku
mau kamu.
K I L A S B A L I K
“Kalau
seorang wanita menangis karenamu, itu berarti dia benar-benar mencintaimu,
Nak.”
“Seorang pria,
harus memiliki tanggung jawab, dan mengembannya sampai akhir. Jadikan itu jati
dirimu, Nak.” –
hlm. 81
“Kadang,
berbuat baik lebih penting daripada berbuat adil.” – hlm. 84
Karena
pesan dan janji pada ibunya , Daniel memilih melerakan perasaannya sendiri demi
menjaga dan merawat Livia yang tinggal sebatang kara dan juga teman masa
kecilnya. Daniel tahu akan perasaan Livia terhadapnya. Cinta. Tapi bagi Daniel
sekeras apapun usahanya untuk bisa mencintai Livia dari dulu sebelum ia bertemu
Rein tetap saja ia tidak mampu. Walaupun demikian Daniel tetap memilih Livia
dibanding siapapun itu termasuk hatinya.
“Cinta itu,
seharusnya bikin lo lebih bahagia daripada sebelumnya. Bikin lo lebih banyak
tertawa, daripada sebelumnya.” – hlm. 45
Cinta
yang dimililiki Rein kali ini terasa berbeda. Tidak perlu ada ungkapan rasa
cinta yang mengebu-ngebu, cukup hanya dengan kebiasaan, pertemuan dan perhatian
tapi semuanya tetap terasa indah. Cinta yang dewasa. Bagi Rein hubungannya
dengan Daniel mengalir begitu saja, tanpa harus ada kata-kata untuk berkomitmen
di antara keduanya tapi mereka bisa saling memahami hubungan yang sedang
terjalin. Walaupun perlahan Rein sedikit bingung dengan sikap Daniel yang
mendadak harus pamit setelah menerima setiap panggilan telpon. Rein tahu Daniel
menyimpan satu rahasia darinya dan kata Domi sahabatnya mungkin Daniel punya
istri dan anak yang disembunyikan? Tapi Rein sangat yakin kalau Daniel masih
single. Tapi apa jadinya jika satu rahasia tersebut menghancurkan segalanya dan
membuat Rein harus rela kembali ditinggalkan oleh orang-orang yang dkasihinya?
Sanggupkah Rein untuk menata kembali hidupnya bersama orang yang baru nantinya?
Bagi
Livia, semangat hidupnya ada pada sosok Daniel yang selama ini selalu menjadi
tujuan hidupnya hingga ia divonis penyakit yang sama dengan mendiang Ibunya.
Apapun akan ia lakukan demi kebaikan dan hidupnya asal selalu ada Daniel di
sisinya. Karena tanpa Daniel hidupnya tidak berarti apapun, walaupun Livia
harus berjuang seorang diri untuk perasaannya itu. Tapi apa jadinya jika
perasaan yang selama ini diperjuanginnya hanya untuk menyakiti orang yang
dicintainya saja? Sanggupkah Livia melepas perasaannya?
“Kamu tahu,
kenapa jatuh cinta itu seperti naik roller coaster, dan bukannya seperti ngebut
naik mobil, padahal sama-sama memicu adrenalin?
“Karena ngebut
naik mobil itu, hanya di jalan datar. Sementara naik roller coaster, bisa
diatas, bisa di bawah. Sama seperti jatuh cinta. Bisa senang banget, bisa sedih
banget, benci banget, saying banget, dan segala perasaan ekstrem lainnya. – hlm. 174
B O O K R E V I
E W
Me Minus You mengisahkan
tentang mereka yang harus merelakan, mengikhlaskan dan menerima semua yang sudah
ditakdirkan pada diri mereka, termasuk cinta dan perkara hidup.
Diceritakan
dari sudut pandang orang ketiga dari sisi karakter tokohnya membuat kita
sebagai pembaca bisa memahami dengan baik bagaimana perasaan setiap tokohnya.
Bagaimana mereka “dipaksa” harus memilih karena keadaan walaupun mereka tidak
ingin. Terutama untuk Daniel. Aku sangat tersanjung bagaimana sosok Daniel di
dalam buku ini. Daniel bisa saja menjadi sosok yang “mungkin” akan terlihat
jahat dimata pembaca karena keegoisannya, tapi disini justru sebaliknya.
Penulis benar-benar memberi kita semacam pengertian lain tentang arti sebuah
kebaikan dan keadilan dalam hidup disaat kita harus memilih. Aku sangat
mengapreasiasi karakter Daniel di kisah ini.
Untuk
karakter Domi sebagai sahabatnya Rein juga menjadi daya tariknya tersendiri.
Karena dukungan dan kata-kata bijaknya untuk Rein yang selalu ada. Benar-benar
sosok sahabat yang diidamkan oleh semua umat manusia di muka bumi mungkin J .
Untuk
alurnya sendiri menggunakan alur maju-mundur karena ada bagian flashback untuk kehidupan masalalu
setiap tokohnya. Walaupun untuk masa lalunya Rein aku tidak merasa itu sesuatu
yang harus diungkapkan walaupun mungkin ada sedikit hubungan untuk keterkaitan
orang-orang yang selalu pergi dan meninggalkan Rein.
Untuk
awal-awalnya aku merasa alurnya terkesan cepat, walaupun di antara Daniel dan
Rein tidak ada ungkapan kata-kata untuk berkomitmen tetap saja alurnya terkesan
diburu-buru seperti “lohh kok mereka udah gitu”.
Untuk
pesan moralnnya, buku ini mengajarkan kita pembaca akan banyak hal atau mungkin
malah menyadarkan kita seberapa penting tentang arti sebuah persahabatan,
cinta, perbedaan, kasih dan juga tentang kerelaan.
Dari
kisah Daniel, Rein dan Livia juga kita dibuat sadar bahwa sebenarnya cinta itu
tidak pernah salah. Kalau pun salah pasti ada jalan untuk kembali.
Overall, buku ini
sangat bagus untuk menjadi semacam pengobat akan rasa kegalauanmu disaat harus
memilih dan tentu saja mengajarkan kita akan banyak hal di dalamnya. Terutama
tentang hidup.
“Cinta itu,
seharusnya membahagiakan. Cinta itu seharusnya membuatmu lebih banyak
tersenyum. Kecewa dan kesedihan, tidak sepatutnya berkawan dengan cinta. Karena
cinta yang seperti itu, mungkin tidak layak diperjuangkan.” – hlm. 216
R A T I N G
Pasti dilema banget ketika harus milih antara keinginan orang tua dan pilihan sendiri. Tapi biasanya waktu yang akan memberi pengertian kepada dua pilihan itu. Hanya perlu dipupuk sabar aja.
ReplyDeleteSaya penasaran sama kisah full di novel ini. Semoga bisa ada kesempatan untuk membacanya.
Justru disini tidak ada campur tangan orang tua, murni karena keputusannya Daniel dan jika sudah membaca buku ini jadi terasa logis dan kita pun bisa memakluminya.
DeleteAamiin..
Semoga segera bisa berjodoh sama buku ini yaaa..
Btw, aku baca buku ini via ipusnas kok :)
makasih reviewnya
ReplyDeleteSami-sami kak :)
DeleteTerima kasih Pida, udah suka sama kisah Rein & Daniel :)
ReplyDeleteMasama kak :)
Delete