Konten [Tampil]
Judul Buku : Take Me For Granted
Penulis : Nureesh Vhalega
Editor : Pradita Seti Rahayu
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun Terbit : 2018
Tahun Terbit : 2018
ISBN : 978-602-04-5786-4
B
L U R B
Setelah berpacaran hampir selama tujuh tahun,
Fathan akhirnya merasa cukup pantas untuk melamar Ellya.
Namun, Ellya tampak kaget. Perempuan yang amat
menyukai bintang ini pun meminta waktu untuk memikirkan jawaban. Masa lalu
mencengkeramnya.
Apakah Ellya bisa menang melawan ketakutannya?
Bagaimana Fathan
yang dikenal punya banyak stok sabar meyakinkan Ellya dan tak digoyahkan
juga oleh masa lalu?
K I L A S B A L I K
Pernikahan
bukanlah hubungan yang main-main. Butuh tekad dan keyakinan untuk seseorang
yakin kalau kekasihnya adalah orang yang tepat. Begitupun yang di alami Fathan.
Menjalin hubungan selama tujuh tahun membuat Fathan yakin meminta Ellya untuk
menjadi istrinya. Bukan hal yang mudah di saat seseorang yakin akan pasangannya
dan memintanya untuk menjadi pasangan sehidup semati. Fathan mencintai Ellya
begitupun sebaliknya. Dan seharusnya semua sesuai dengan apa yang diharapkan
Fathan. Seharusnya. Tapi sayangnya Ellya malah meminta sedikit waktu. Hal yang
tidak bisa dipahami Fathan adalah karena Ellya tidak pernah memberinya alasan
yang jelas.
Bukan
tanpa alasan Ellya menolak lamaran dadakan Fathan walaupun mereka sudah
menjalin kasih selama tujuh tahun lamanya. Ada masa lalu yang masih menghantui
dan seakan ingin menakuti Ellya untuk tidak mengharapkan sesuatu yang indah di
masa depan. Di tambah lagi dengan kehidupan asmara orang-orang yang dia kenal
dekat semakin membuatnya tertekan dan malah menimbulkan masalah baru buat
hubungannya dengan Fathan.
Ellya
sadar setiap pasangan punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing begitu
pun dengan Fathan yang menurutnya lebih banyak kelebihan dibanding kekurangan
tapi tidak juga membuatnya yakin. Karena ada masa lalunya yang belum
terselesaikan dengan sempurna yang terus menggorotinya tiada henti tanpa ia mau
berbagi dengan Fathan.
“Jangan
sia-siakan orang sebaik pacar kamu itu. Nggak semua orang seberuntung kalian
buat saling melengkapi dan mencintai seperti itu.” –
hlm. 61
“Setiap
pasangan pasti punya masalahnya masing-masing. Karena pasangan itu adalah dua
orang berbeda, yang punya kekurangan dan kelebihan masing-masing. Nggak ada
yang sempurna. Tapi, kompromi yang akan menyempurnaknnya.”
– hlm. 60
B O O K R E V I E W
“Masalahnya,
nikah itu bukan sesuatu yang main-main. Bukan soal umur lo sudah cukup,
penghasilanlo cukup, apalagi menurut orang-orang sudah waktunya lo nikah.
Nggak, pernikahan nggak seremeh itu. Taruhannya dua keluarga …” – hlm. 91
Take Me For Granted
mengangkat tema yang sederhana sebenarnya yang mungkin banyak hal serupa kita
jumpai di sekitar kehidupan sehari-hari juga. Tentang pernikahan dimana orang
yang sudah selayaknya untuk segera menikah atau yang terdesak untuk menikah.
Konflik yang diangkat pun cukup beragam. Tidak hanya berpusat pada konflik yang
di alami dua tokoh utamanya saja, tapi juga dari karakter pendukung lainnya
dengan inti permasalahan yang sama sehingga menjadikan novel ini semakin asyik
untuk kita ikuti sampai tuntas.
Ada
tiga tokoh yang menjadi fokus dalam cerita ini. Pertama, Ellya si pemeran
wanita utama yang memiliki sifat lemah lembut, baik dan sederhana. Nah, si
Ellya ini tipe perempuan cantik tapi nggak sadar akan kecantikannya sendiri.
Hingga kadang membuat Fathan gemas sendiri dengan sifatnya itu dan aku pun jadi
baper maksimal karena perhatian Fathan yang keterlaluan itu.
Yang
kedua ada Fathan. Si pemeran cowok pertama. Setia, sabar (ngadepin sifat keras
kepalanya Ellya terutama), dan juga pengertian. Dan yang kalian harus tau
perhatian dan pengertiannya Fathan disini tuh maksimal pake banget, jadi kalian
yang baca kisah mereka kebalin hati dulu deh sebelum terjangkit virus baper akut
yang vaksinnya belum ditemukan sehingga sulit disembuhkan kecuali oleh
Fathannya sendiri. Hahahah. Oiyaa dan juga supel. Yang uniknya disini Fathan
paling anti sama makanan-makanan instan apalagi yang mengandung micin dan
kawan-kawannya itu, siapapun orang-orang terdekatnya mengonsumsi makanan
tersebut pasti akan terkena siraman rohaninya terlebih dahulu terkait segala
macam racun yang terkandung di dalam makanan tersebut yang kadang malah membuat
selera makan Ellya hilang tak bersisa karena kata-kata sambutan Fathan akan
pentingnya hidup sehat.
Dan
yang ketiga ada Disha adik Fathan sekaligus sahabatnya Ellya yang menjadi
tempatnya berkeluh kesah apapun itu begitupun sebaliknya. Disha ini cenderung
ceplas-ceplos orangnya. Modis dan juga suka shooping.
Selain
ketiga tokoh yang menjadi daya tarik buku ini, ada juga tokoh pendukung lainnya
yang mewarnai kisah mereka dengan peran porsinya mereka masing-masing.
Menggunakan
sudut pandang orang pertama dari sisi Ellya tanpa kesulitan kita bisa langsung
memahami bagaimana watak karakternya si Ellya ini yang sesungguhnya. Terutama
perasannya saat dilamar Fathan dan alasannya meminta waktu. Walaupun demikian
aku kadang gemas banget sama tingkahnya Ellya yang seakan maju mundur dengan
keputusannya sendiri. Padahal Fathan udah sabar dan pengertian banget. Dan aku
bisa maklum juga sih berada di posisi Ellya bukanlah hal mudah dengan masa lalu
yang seperti itu. Walaupun keluarga dan sahabatnya selalu memberinya
petuah-petuah semangat tentang apa yang di alaminya. Belum lagi dengan
kisah-kisah yang hampir serupa tapi beda dengannya yang di alami oleh
orang-orang terdekatnya yang semakin membuat Ellya meragu dengan pilihan dan
keputusan yang akan dipilihnya.
“Jangan
tahan hidup kamu karena keputusan yang diambil orang lain.”
– hlm. 127
Diceritakan
dengan alur cerita maju-mundur karena adanya flashback untuk hubungan mereka
dan sedikit (mungkin) menggangu saat proses flashback-nya itu, karena tidak ada
penanda atau apapun sejenisnya karena secara tiba-tiba sudah berada di bagian
flashback. Dan yang bikin bapernya lagi saat di bagian-bagian flashback ini lah
kita bisa melihat dari pertama mereka menjalin hubungan, sifat pengertian dan
kesabarannya Fathan patut diacungi jempol. Dan sepanjang membaca buku ini kita
akan di ajak untuk menebak-nebak masa lalu yang seperti apa yang membuat Ellya
ragu untuk segera merima lamaran Fathan.
Membaca
buku ini seperti kita sedang berada di tengah-tengah para tokohnya. Karena
memang kisah mereka tidak jauh dari kehidupan kita sehari-hari. Dan banyak hal
yang bisa dijadikan pelajaran hidup setelah membacanya. Seperti melalui kisah
Disha-Roni, lamanya menjalin sebuah hubungan belum menjamin bahwa akan selalu
bersama hingga ke pernikahan karena jodoh kita siapa yang bisa menebaknya
kecuali Sang Maha Mengatur dan Mengetahui segala-Nya. Walaupun kita cinta mati
sama pasangan kita sendiri. Dari Cherla-Arga, bahwa apapun pilihan dan
keputusan yang kita pilih jangan pernah menyesalinya di kemudian hari. Karena
jika kita sudah memilih untuk bersamanya maka kita akan siap menerima segala
kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh pasangan kita. Karena tidak ada
yang sempurna di dunia ini. dan yang pasti dalam sebuah hubungan sangat
diperlukan kepercayaan dan saling kompromi supaya apapun permasalahan yang
sedang dihadapi bisa diselesaikan dengan cepat tanpa harus menunda-nunda. Dan
dari Fathan kita belajar banyak bagaimana stok sabar yang dimiliki Fathan dan
kesungguhannya untuk meyakinkan Ellya agar mau menikah dengannya dan bagaimana
cara Ellya untuk bisa menerima dan berdamai dengan masa lalunya.
“Terlalu
cinta juga nggak baik. Jangan seperti Mama. Semua harus kamu pasrahin ke Yang
Maha Kuasa. Karena cuma itu jalannya.” – hlm. 129
“Tidak
pernah ada kata terlambat untuk cinta. Cinta memang penuh resiko. Cinta bisa
menyakiti, bahkan menghancurkan. Namun, karena penuh resiko, cinta itu pantas
untuk diperjuangkan.” – hlm. 154
Untuk
endingnya sendiri aku cukup puas dengan apa yang disajikan penulis. Ditambah
lagi dengan bonus part Disha Side’s Story
tentang kehidupan Disha dan cara Disha menerima takdir hidupnya dan juga
jodohnya. Dan semuanya terasa realistis tanpa dilebih-lebihkan.
Secara
keseluruhan melalui kisah Fathan dan Ellya, penulis ingin menyampaikan bahwa
untuk merajut kisah di masa depan kita harus bisa terlebih dahulu untuk
memaafkan apapun itu yang ada di masa lalu. Karena seburuk apapun masa lalu
yang kita miliki jangan jadi penghambat untuk kita melanjutkan hidup meraih
kebahagiaan di masa depan. Karena terkadang dari masa lalu kita bisa belajar
banyak hal.
“Hidup
bahagia selamanya itu nggak ada. Tapi bukan berarti kita nggak bisa ngerasa
bahagia. Bahagia ada banyak bentunya dan salah satunya ada pada orang yang kita
cintai. Mungkin orang itu akan pergi suatu hari nanti dan itulah saatnya kita
bersyukur. Bersyukur untuk orang-orang yang milih buat tetap tinggal juga tetap
menemani kita, bahkan di hari-hari tergelap dan keadaan maksa mereka buat
nyerah.” – hlm. 137
Sangat, sangat penasaran dengan masa lalu Ellya yang dia sembunyikan dari Fathan. Soalnya masa lalu itu kayak yang besar dan penting sampai membuat Ellya menunda impian banyak perempuan, dilamar menikah oleh pasangan.
ReplyDeleteYepp bener bangett..
DeleteDr awal baca buku ini aku uda disuguhi sama rasa penasaran yg meluap2 sampe ada godaan mau intip k lembaran spoilernya, Tp syukurlah imanku masih tahan godaan, hahahahaha
maaksih reviewnya
ReplyDeleteMasama kak :)
Delete