Konten [Tampil]
Judul Buku : Saat Kita Jatuh Cinta
Penulis : Aiu Ahra
Editor : Triana Rahmawati
Penerbit : Republika
Cetakan Pertama, November 2019
Jumlah Halaman : vi + 297 hlm
ISBN : 978-602-5734-87-8
Blurb
“Setiap saat manusia bisa kehilangan apa-apa yang berharga
untuk mereka, nggak peduli kapan, di mana, siapa.”
Aku tersenyum kaku, karena bingung bagaimana
meresponnya.
“Apa pun yang berharga untuk seseorang itu bukan
milik dia sepenuhnya. Ada peran Tuhan yang mengatur, kapan saat yang tepat
untuk mengambil sesuatu yang berharga itu.” Aku akhirnya menanggapi.
“Tuhan nggak adil dong, Dia mengambil sesuatu itu
tanpa Tanya kita siap atau enggak.”
***
Biru ingin cepat-cepat jadi orang dewasa. Agya
benci sekali dengan orang dewasa.
Lalu, tanpa aba-aba, keduanya jatuh cinta pada
saat yang sama. Dengan perasaan yang baru mereka rasa pertama kali ini,
keduanya mencicipi pahit-manis kehidupan orang dewasa, yang tak selalu
sederhana.
Cinta dan luka seringnya dating bersamaan. Meski
tak mudah, perasaan yang sedemikian
rapat ditutupi akhirnya terungkap jua. Lalu, berbagai macam emosi baru
akan dirasa, saat kita jatuh cinta.
Baca Juga
Kilas Balik Cerita Saat Kita Jatuh Cinta
“Karena orang yang tenggelam dalam masa lalunya nggak akan bisa berjalan maju, nggak ada bedanya sama anak kecil yang gagal dewasa.” – hal. 220
Biru
lebih memilih tinggal bersama sang kakek walaupun hanya berdua ketimbang dengan
ayahnya yang sudah mempunyai hidup baru. Ibunya? Ibu lebih memilih meninggalkan
sang anak demi mengejar hidupnya yang lebih mapan. Dan karena kehidupan pelik
dari kedua orang tuanya lah yang membuat Biru rasanya ingin segera cepat-cepat
jadi orang dewasa.
“Pertanda apa yang akan terjadi jika kau bertemu dua kali dengan orang yang sama – yang tidak kau kenali, di hari yang sama.” – hlm. 10
Saat
perjalanan ke sekolahnya, Biru terpikat pada satu sosok perempuan dewasa yang
berkerudung warna biru yang kerap ia temui beberapa kali. Perempuan dengan
kesibukannya yang selalu membaca novel di perjalanan. Dan Biru akan ngelakuin
apapun supaya bisa pantas bersanding dengan perempuan tersebut. Mengajaknya mengobrol
misalnya, walaupun ditanggapin dengan cuek. Dan sayangnya ternyata perempuan
itu adalah guru pengganti di sekolahnya, Bu Filda namanya. Dan untuk pertama
kalinya Biru bisa merasakan apa yang dinamakan jatuh cinta pada sosok guru
barunya itu yang sayangnya juga membuatnya bisa ngerasain patah hati tanpa bisa
merasakan perasaan yang berbalas.
“Kalau pertemanan kita rusak cuma karena cowok, mungkin kita memang belum cukup dewasa untuk berteman sekarang.” - hal. 165
Melihat
keseharian orang tuanya di rumah yang selalu bertengkar dan marah-marah bahkan
di hari ulang tahunnya sendiri membuat Agya benci jadi orang dewasa. Bukan tanpa
alasan memang. Dan berkat itu pun rasanya dia jadi malas untuk pulang cepat
setelah sekolah dan lebih memilih menerima ajakan jalan-jalan teman gengnya. Yang
tidak Agya sadari, masalah besar akan menimpanya dan malah menghancurkan persahabatan
yang selama ini ia jalin bersama teman-temannya hanya karena masalah cowok. Membuatnya
sadar kalau persahabatan mereka tidak sekuat dari penampakannya. Padahal satu
dari mereka sahabatnya tahu bahwa Agya menyukai satu sosok cowok di sekolahnya
yang diam-diam selalu ia perhatikan gerak-geriknya.
Biru.
Bersikap cuek dan cenderung tidak perduli dengan sekitar, tapi ntah kenapa setiap
Agya mendapat kesulitan, Biru selalu membantunya. Membuat perasaan Agya
perlahan berubah menjadi sesuatu yang sulit ia jangkau dan secara perlahan
mereka menjadi dekat dan Biru pun sering meminta saran dan bantuan darinya. Tapi
satu rahasia Biru yang baru diketahuinya membuat hati Agya kecewa dan sedih.
Review Saat Kita Jatuh Cinta - Aiu Ahra
Serupa
tapi tak sama. Itulah yang bisa kusimpulkan setelah membaca buku ini, dan
membandingkannya dengan karya penulis yang sebelumnya juga sudah kubaca dan ku review.
KitaTerlalu Muda Untuk Jatuh Cinta dan Saat Kita Jatuh Cinta ini merupakan
karya penulis dari penerbit yang berbeda. Mengangkat tema yang sama tentang
cinta yang di alami oleh kalangan remaja pada umumnya dan juga bagaimana cara
mereka menyikapinya saat sedang dilanda perasaan jatuh cinta pada lawan jenis. Juga
sama-sama melibatkan permasalahan dan konflik dalam keluarga. Berbeda dengan
buku KTMUJT yang sedikit lebih manis ketimbang SKJT yang terasa sendu sangat
berbanding terbalik dengan warna kovernya yang manis dan eye-cathcing dengan latar warna pink.
Dan aku sungguh tertipu dengan tampilan kovernya yang manisnya.
Diceritakan
dari sudut pandang orang pertama lewat Biru dan Agya secara bergantian di tiap
babnya, membuatku lebih mudah bisa memahami bagaimana karakter mereka. Merasakan
perasaan jatuh cinta untuk pertama kalinya, tanpa berani mengungkapkan kepada
satu sama lain, terutama Agya. Kegundahan saat akan menentukan masa depan
melalui cita-cita yang dinginkan. Persahabatan yang hancur hanya karena
perasaan sesaat pada lawan jenis. Dan tentang permasalahan keluarga mereka masing-masing,
yang membuat keduanya membneci dan ingin segera menjadi dewasa. Walaupun aku
ngerasa untuk bagian Agya yang membenci menjadi dewasa aku tidak merasa ada suatu
alasan yang kuat seperti apa yang kurasakan pada Biru untuk segera jadi dewasa.
Permasalahan bathinnya pun lebih kuat pada sisi Biru ketimbang Agya.
Biru
adalah sosok yang tidak terlalu banyak bicara, terkesan cuek. Berbanding terbalik
dengan Dimas yang mendekatinya untuk menjadikannya teman. Dimas mudah berbaur
dengan yang lainnya tapi ntah kenapa Dimas sering mengganggunya dalam arti mengajaknya
membahas apapun yang menurutnya tidak penting. Agya paling pendiam dari ketiga
sahabatnya, Silvi yang centil, Diana yang tegas dan Gita yang tomboy. Di saat
para sahabatnya sedang bercerita Agya seringnya hanya menjadi pendengar yang
baik. Bahkan teman sekelasnya pun heran kenapa bisa Agya masuk dalam kelompok
pertemanan yang berbanding terbalik dengan kepribadiannya itu. Ada Bu Filda
yang disukai Biru. Jangan berharap lebih akan sosok Bu Filda disini. Dengan pembawaannya
yang dewasa juga seorang guru wajar kan jika ia tidak memberi perhatian lebih kepada
Biru walaupun ia tahu perasaan Biru terhadap dirinya.
Menggunakan
alur maju dengan gaya bercerita menulis yang ngalir, ringan tidak membuatku
sulit untuk memahami dari apa-apa yang ingin disampaikan penulis dari kisah
yang ada di buku ini. Semuanya tersampaikan dengan baik. Walaupun ntah kenapa
aku sedikit merasakan alur ceritanya berbelit-belit dan berputar disitu-situ
aja. Terutama saat dibagian Biru yang dan Bu Filda-nya. Terutama dibagian Bu Filda.
Ah iya aku berharap di saat awal-awal pertemuannya Filda dan Biru, ada saat
Filda menolak menyebut namanya karena tidak mau mereka menjadi lebih dekat, aku
menyarankan dibagian itu dijelaskan kenapa Filda tidak mau menyebut namanya. Apakah
karena bukan mahram atau alasan lainnya. Karena dibagian itu terasa menggantung
menurutku. Dibanding buku KTMUJT yang terkesan ada manis-manisnya, buku SKJT ini
terkesan lebih dark, ada bagian tertentu yang buat aku sedih terutama saat
melibatkan keluarga tokoh utamanya.
Untuk
konfliknya pun beragam. Tidak hanya tentang pergulatan bathin antar tokohnya
karena perasaan mereka. Tapi juga persahabatan yang di uji karena hanya
gara-gara lawan jenis. Juga konflik keluarga, keterlibatan orang tua dalam
mendidik dan memberi kasih sayangnya kepada anak dan tanggung jawab mereka. Yang
semuanya terasa pas, tidak berlebihan dan tentu saja setiap konflik yang
terjadi di dalam buku ini ada pesan-pesan moral yang diselip oleh penulis yang
bisa menjadi pelajaran hidup buat
pembacanya.
Utnuk
endingnya bisalah aku terima dengan baik. Bukankah akhir dari sebuah perasaan
yang ‘belum’ seharusnya kalau dilihat dari sisi agama memang seperti itu
adanya. Dan aku setuju-setuju saja sama akhir yang menjadi pilihan hidup mereka
masing-masing. Masih terasa logis dan realistis juga kok.
“Cinta bukan satu-satunya hal penting untuk dipikirkan sekarang.” – hal. 295
Satu
hal yang sangat mengganggu saat aku sedang membaca buku ini. Pilihan font hurufnya. Saran ke depannya jika
ada revisi, ketebalan hurufnya bisa ditambah, karena untuk ukuran hurufnya aku
rasa sudah pas walaupun dengan pilihan font-nya
yang itu tidak masalah kurasa. Karena dengan huruf yang sekarang tanda titik
benar-benar tidak terlihat dan terkadang mengganggu saat proses membaca.
Melalui
kisah Agya dan Biru ini kita bisa mendapatkan pelajaran hidup yang bisa
menjadikan kita untuk jadi lebih baik lagi. Terutama bagaimana orang tua dan
tanggung jawab mereka sudah seharusnya tidak lagi mengutamakan ego
masing-masing, karena jika sudah berkeluarga bukan lagi tentang aku,kamu dan
dia, tapi kita. Dengan demikian anak
tidak akan jadi korban dari tindakan dan pilihan orang tua itu sendiri. Tentang
persahabatan yang seharusnya lebih penting dari sekadar hubungan sesaat dengan
lawan jenis. Tentang mensyukuri apa yang sudah ada dalam hidup kita. Tidak mengeluh
dengan hal apa pun yang terjadi, karena seberat apapun masalah yang menimpa
kita Tuhan tau kita akan mampu melewatinya dengan baik. Karena Tuhan tidak akan
memberi cobaan diluar kemampuan hamba-Nya. Tentang jatuh cinta. Tidak ada
larangan untuk jatuh cinta kepada seseorang, hanya saja tergantung kitanya mau
menyikapi perasaan itu seperti apa dan akan dibawa kemana. Dinikmati atau
dibiarkan saja. Dan masih banyak lagi pesa-pesan moral lainnya yang dapat kita ambil
dari buku ini. Juga tentang bagaimana mengikhlaskan masa lalu agar tidak
menjadi penyesalan di kemudian hari.
Walaupun
ada beberapa kekurangan di dalam buku ini, aku tidak akan menampik jika buku
ini memang layak untuk dibaca siapa saja tidak hanya untuk kaula remaja. Karena
kita semua akan dan bisa merasakan yang namanya jatuh cinta maka begitu pun
dengan buku ini yang wajib dibaca semua kalangan umur. Bacaan ringan dengan
penuh sarat makna yang positif.
“Yang mendewasakan seseorang bukan usianya, tapi bagaimana cara seseorang itu memandang permasalahan hidup. Juga bagaimana waktu yang memprosesnya menjadi lebih matang dari hari ke hari. Jalanmu masih panjang, Biru. Cinta bukan satu-satunya hal penting sekarang, tapi bagaimana kamu menjalani hidup yang panjang ini dengan lebih bijak dan dewasa. …” – hal. 293
R A T I N G 4 🌟
Ini kaya kisah yang dialamin sama orang2 yang lagi berproses menuju dewasa banget sih, konfliknya, pengutaraan nasihatnya.. itu relate banget
ReplyDeleteYeepp bener bangett..
DeleteMungkin terkesan sederhana, tapi menyimpan banyak makna di dalamnya.
Mbak mana riview buku quit nya mbak....
ReplyDeleteHaloo, maaf yaa telat aku postingnya.
DeleteItu sudah aku up review nya dipostingan terbaru blog aku ..
#happyreading yaa