Apa yang akan teman-teman bayangkan saat membaca judulnya saja? Tokyo & Perayaan Kesedihan. Judul yang membuat banyak tanda tanya dibenak para pembaca karena sudah dibuat penasaran akan seperti apa ceritanya yang dari membaca judulnya saja sudah membuat suram bukan.
Di kalangan bookstagram buku ini termasuk yang banyak diminati dan juga direview di awal tahun 2020. Lalu kenapa aku baru membacanya di akhir tahun? Entahlah. Keinginan untuk membaca buku ini sudah ada sejak awal dari akan terbit, bahkan di Gramedia Digital sendiri buku ini pun di gratiskan.
Identitas Buku
Judul Buku : Tokyo & Perayaan Kesedihan
Penulis : Ruth Priscilia Angelina
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Editor : Hetih Rusli
Terbit : 2020
Jumlah Halaman : 208 halaman
E-ISBN : 9786020640853
Tokyo & Perayaan Kesedihan adalah sebuah novela yang ditulis oleh seorang penulis sekaligus editor yang sudah banyak menerbitkan buku-buku hingga membuatnya tidak diragukan lagi dan terbukti dengan karya-karyanya yang banyak dikenal orang bahkan di Goodreads sendiri hampir semua bukunya tidak pernah sepi ulasan.
Novela atau novelet menurut wikepida adalah sebuah karya sastra yang memiliki bentuk lebih kecil dari novel. Yang lebih panjang dari cerpen dan lebih pendek dari novel.
Ini pengalaman pertamaku membaca sebuah novela yang ternyata sama asyiknya dengan sebuah novel. Hanya saja yang membedakan kalau novela alur ceritanya yang lebih ringkas dan padat.
Baca juga:
- Review buku | Saat Kita Jatuh Cinta - Aiu Ahra
- Review buku | Kita Terlalu Muda untuk Jatuh Cinta - Aiu Ahra
Sekilas Blurb dibalik Buku Tokyo & Perayaan Kesedihan
Joshua Sakaguchi Widjaja meneruskan perjalanan ke Tokyo untuk sejenak menjadi pecundang dalam hidupnya. Dia mengimpikan duduk-duduk santai bersama kopi di dekat taman dan menemukan gadis cantik untuk dijadikan teman menyenangkan. Tapi, di Tokyo yang menyambutnya dengan hangat, dia malah dipertemukan dengan Shira yang banyak bersedih dan meningglkan banyak surat. Untuk pertama kali dalam hidupnya, alih-alih menjadi pecundang, Joshua malah sibuk menjawab banyak pertanyaan yang tak pernah dia pertanyakan.
Shira Hidajat Nagano melarikan diri ke Tokyo untuk menemukan penyelesaian paling terencana dalam hidupnya. Dia membayangkan terjebak di lautan hutan bersama berbagai penyesalan untuk selama-lamanya ditenggelamkan. Namun, di Tokyo yang menggigilkan hatinya, dia justru bertemu Joshua yang semarak dan mampu memvalidasi keputusasaannya. Untuk kali terakhir dalam hidupnya, bukan mengerjakan penyelesaian, Shira dihentikan sejenak oleh jawaban-jawaban yang tak pernah dia kira akan didapatkannya.
Kilasan dibalik Cerita
Membaca kisah mereka seakan kita ikut hanyut ke dalamnya, karena seakan kita sedang mendengar cerita mereka satu sama lain secara langsung. Dengan alur maju mundur membuatku tanpa sadar juga ikut merenungkan bagaimana hidup yang sudah aku jalani sekarang.
Perasaanku terhadap buku ini
Perasaanku dari awal membaca hingga selesai adalah campur aduk. Awalnya dibuat bingung, tapi perlahan-lahan aku mulai memahami bagaimana permasalahan konflik batin yang dialami oleh Shira dan Joshua sebelum mereka bertemu satu sama lain dan apa yang ingin disampaikan penulis melalui kisah mereka.
Eits tapi tunggu dulu, mungkin kelihatan suram tapi sebenarnya banyak pembelajaran yang bisa kita ambil dari kedua tokoh buku ini loh.
Membaca buku ini berbeda dari buku-buku yang biasanya aku baca, dari awal aku sudah tidak membayangkan keromantisan apa yang akan membuatku tersenyum saat membaca buku ini. Karena hal-hal romantis itu tidak akan kita temui di kisahnya Shira dan Joshua selain kesuraman dan perayaan kesedihan yang sedang dilakukan oleh kedua tokoh.
Seperti apa buku ini?
Diceritakan dari sudut pandang dari kedua tokoh, isi buku dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama ada Shira yang menggunakan kata ganti gue dan Joshua dengan panggilan saya-nya yang membuat kita pembaca dengan mudah bisa membedakan bagaimana karakter keduanya. Walaupun aku sempat berpikir bahwa mereka ini sebenarnya mempunyai permasalahan hidup yang hampir sama yang berhubungan dengan orang-orang disekitar mereka. Tapi dengan konflik batin dan sudut yang berbeda.
"Semua orang dulu juga menganggapku bermulut besar. Kalian semua menganggap kami main-main, sampai kami sungguhan melakukannya, kan?" - hlm. 173
Dari permasalahan hidup Shira penulis mengajak pembaca untuk tidak menyepelekan hal-hal yang kita anggap "tidak mungkin". Dimana Shira yang merasa dirinya sudah lelah dan rasanya ingin menyerah dari hidup yang selama ini mengekangnya. Tidak memberinya nafas untuk menikmati hidup dengan caranya sendiri.
Ibunya yang selalu mengatur dan menuntut ini itu, yang tidak pernah bertanya apa kemauannya Shira. Jelas hidup Shira sangat terkekang.
Karena kebiasaan diperintah dan dituntut membuat sosok Shira saat bersama para sahabat merasa dirinya tidak pantas berkumpul bersama, mereka berbeda, mereka bisa melakukan semuanya sendiri. Berbeda dengan dirinya karena kebiasaan dituntut oleh ibunya membuat Shira merasa ia tidak mampu melakukan semuanya sendiri.
Berbeda dengan Joshua karena hidup dengan keluarga yang sukses membuatnya menjadi seseorang yang juga ingin dipuji terutama oleh Ayahnya. Tanpa perduli keadaan kakak dan adiknya sendiri. Hingga pertemuan tidak terduganya dengan seorang gadis dan raut wajahnya yang tidak pernah mencerminkan sesuatu selain kesedihan kehampaan yang seakan sudah lama membelengunya, membuatnya sadar akan penyesalan karena tingkahnya selama ini yang tak berujung.
pic from exploreshaw.com & jw-webmagazine.com |
Jangan berharap buku ini akan memberikan kita pembaca kisah indah yang manis. Buku ini menyimpan makna kehidupan dari sisi yang berbeda. Cerita yang ditulis oleh penulis selama melakukan perjalanannya ke Tokyo. Melalui kisah Shira dan Joshua seakan kita seperti sedang mendengar sebuah cerita yang di alami oleh seseorang, sehingga membuat kita hanyut di dalamnya dan tanpa bisa berhenti karena rasa penasaran dengan ending kedua tokoh yang seperti apa.
Konflik cerita
Yang paling menarik perhatianku selama membaca
Ending cerita buku Tokyo & Perayaan Kesedihan
Pesan
Rating buku Tokyo & Perayaan Kesedihan
"Hidup tidak melulu harus dimenangkan. Menjadi kalah, salah dan kehilangan akan memberimu ruang untuk menyesal. Menyesal akan membuatmu sedih. Tapi itu membuatmu mengingat masa-masa baik yang pernah kau dapatkan. Dari situ kau belajar menghargai hidup." - hlm. 166
Kutipan hal 166 nya dalem banget. Untung udah lewat 17. Jadi boleh baca, dah :)
ReplyDeleteNggak hanya kutipannya aja mba, isi bukunya juga dalem bangettt..
DeleteRekomen deh kl umurnya dh cocok wajib baca 😍😍
ini ternyata novela,,
ReplyDeleteaku sering melihat di beranda gramed
jadi penasaran, pas banget lagi gak ada bacaan ebook novel
Iyaaa kak...
DeleteTermasuk buku yang banyak disarankan juga nii :)
Ini dalam bahasa Indonesia?
ReplyDeletetermasuk tipikal novel yang banyak ngajak mikir kayaknya...heheheh
Iyess bunda, bahasia Indonesia.
DeleteSekilas terlihat kayak terjemahan ya bund?? :D
Sebenarnya sih iya, sekaligus utk perenungan diri sendiri juga bunda :)
Dari judulnya memang bikin penasaran. Sudah download juga di GD tapi belum dibaca jugaaa.
ReplyDeleteAyook segera dibaca kak.
DeleteJangan kayak aku, downloadnya uda dr awal tahun bacanya di akhir tahun :D
Aku udah beli dan baca sampai habis, jujur usia ku masih 15 tahun tapi aku sudah bisa mencerna isi yang terkandung di dalamnya, dan kebetulan banget tokoh Shira sama kayak aku di masa lalu jadi merasa terwakilkan (?) untuk anak yang selalu dikekang sama ortu. Nah yang buat ku bingung karakter Shira di sini masih abu-abu banget, apakah dia minder, gak percaya diri, labil (?) secara selama ini hidup nya dikontrol sama ibu nya. Mungkin penulis artikel ini bisa tolong jawab dari sudut pandang mu? Terima kasih!
ReplyDelete