Hayoo loh siapa yang nggak mewek baca buku tujuh hari untuk Keshia? Adakah? Karena sampai sejauh ini review bukunya yang aku baca rata-rata pembacanya pada mewek, heheh. Kalau aku sih sudah jelas, apalagi aku orangnya mudah baperan, begitu baca bukunya kak Inggrid satu ini langsung deh sesak napas karena udah kebanyakan nangis sampe mata bengkak.
Ini bukan kisah cinta tragis dimana sang kekasih ditinggal mati atau pergi sehingga membuat mata pembacanya bengkak, tapi lebih dari pada itu. Ini kisah tentang hidup Keshia yang berubah semenjak ditinggal sang Ibu untuk menikah lagi dan Keshia dipaksa untuk tinggal bersama Ayah kandung yang baru pertamanya kalinya ia bertatap muka.
Oiya, selain review bukunya, aku juga ada wawancara singkat sama penulisnya langsung loh. Penasaran apa saja yang aku tanyain, kuy intip kesini yaa > Wawancara penulis bersama Inggrid Sonya
Gimana? Sudah mulai penasaran. Baiklah biar nggak berlama-lama, yuk intip ulasannya aku tentang buku satu ini.
Identitas Buku
Judul Buku : Tujuh Hari untuk Keshia
Penulis : Inggrid Sonya
Penerbit : Elex Media Komputindo
Penyunting & Korektor : Pradita Seti Rahayu
Penata Letak : Afrizal In Wahyudi
Tahun Terbit : 2019
ISBN : 978-602-04-8972-8
Baca via Gramedia Digital
Blurb
Sejak mantan pacarnya tahu-tahu saja kembali dan membawa seorang anak perempuan bernama Keshia yang katanya adalah anaknya, Sadewa tahu bila hidupnya akan menjadi kacau.
Lalu, benar saja, Sadewa tidak pernah akur dengan Keshia. Jika di rumah, keduanya selalu saja bertengkar. Entah itu meributkan tagihan listrik, cicilan yang ditunggak berbulan-bulan, utang beras di warung, dapur berantakan, atau bahkan cuma karena remote tv yang hilang. Masalah sekecil apa pun sepertinya selalu dijadikan momok untuk keduanya adu mulut dan membuat rumah menjadi zona perang seketika.
Keduanya tidak pernah memedulikan satu sama lain. Sadewa tidak pernah peduli dengan kehidupan Keshia, baik di rumah ataupun di sekolahnya. Sadewa tidak peduli dengan kelakuan putri tomboinya itu yang selalu sajaberpura-pura kuat dan menganggap bisa mengatasi segalanya sendirian. Sementara Keshia, sama halnya dengan Sadewa, dia tidak pernah peduli dengan kelakuan ayahnya yang masih saja bersikap layaknya ABG itu.
Bagi Sadewa, Keshia itu pengganggu ulung atau makhluk paling cerewet sedunia. Sedangkan bagi Keshia, Sadewa itu hanya seorang laki-laki 36 tahun yang hanya tahu bersenang-senang saja. Yang hanya tahu ngeband, mabuk-mabukan, atau main perempuan.
Sampai suatu ketika sebuah kecelakaan mengubah segalanya. Sebuah kecelakaan yang membuat Sadewa mati-matian ingin memenuhi seluruh keinginan Keshia dan membuat Keshia ingin tetap bersama ayahnya sekalipun dia sangat membenci laki-laki itu. Sebuah kecelakaan yang memberikan keduanya pemahaman bila mungkin hanya kehilangan yang membuat mereka bisa berjalan beriringan tanpa lagi ada kebencian.
Kilas Balik Cerita Tujuh Hari untuk Keshia
Sadewa
Hidup yang awalnya hanya ia pikirkan untuk manggung bandnya tanpa perlu repot-repot mikirin tujuan hidup tiba-tiba dikejutkan dengan munculnya sang mantan dengan seorang anak remaja yang katanya adalah hasil dari sikap pengecutnya dimasa lalu.
Sadewa syok? Tentu saja. Sadewa langsung percaya begitu saja? Sudah jelas. Tapi sayangnya sang mantan berlalu pergi begitu saja tanpa ada penjelasan lebih lanjut dan meninggalkan sang anak dirumah kecilnya. Belum lagi saat ia melihat kemiripan wajahnya dengan si anak remaja tersebut, rasanya sesak didalam raga-jiwanya semakin tidak menentu.
Dan hidup Sadewa pun perlahan berubah dari sunyi senyap menjadi riuh dengan suara-suara yang disebabkan oleh keduanya. Dari mulai hilangnya remote TV, suara bising dari dapur karena Keshia dan hobinya, cicilan hutang, dan peraturan-peraturan dirumah yang sebelumnya tidak ada menjadi ada. Dan Sadewa merasa hidupnya mulai menggila.
"Tapi, Keshia masih kecil, Wa. Terserah lo mau ngakuin dia anak lo atau nggak, tapi coba aja lo sedikit ngerti posisi dia sekarang. Anak enam belas tahun mana yang nggak marah ditinggal gitu aja sama ibunya sendiri di rumah orang yang nggak dia kenal?" - hal. 105
Atas bisikan baik dari teman ngeband-nya Sadewa mulai sadar dan mencoba untuk berbaikan dengan Keshia. Tapi seakan takdir nggak mengijinkan keduanya untuk berbaikan, Sadewa sadar, kalau waktu tidak akan bisa diputar kembali kecuali ada keajaiban dan campur tangan Tuhan di dalamnya.
"Anda percaya sama keajaiban?" tanya Jack tiba-tiba. - hal. 243
Sadewa menjawab dengan anggukan. "Karena cuma itu yang saya punya. Cuma keajaiban. Saya cuma punya itu." - hal. 244
Keshia
Gadis 16 tahun yang ditinggal ibunya menikah setelah neneknya meninggal dan dipaksa untuk tinggal dengan 'katanya' Ayah kandung yang selama ini dirindukan tapi tak pernah muncul dan ada.
Keshia sadar dari dulu Ibunya tidak pernah menginginkan dirinya lahir ke dunia. Oleh karena itu dari kecil pun ia dirawat dan disayang oleh omanya dan diajarin untuk bisa mandiri, membuat kue untuk bisa menambah jajannya sendiri. Karena sudah kebiasaan itu pun hidup Keshia bersama Sadewa tidak jauh berbeda. Dia yang lelah pulang sekolah, pulang-pulang disuguhi dengan keadaan rumah yang kacau balau tentu membuatnya selalu mencak-mencak kepada Sadewa.
Tekad Keshia hanya satu semenjak tinggal bersama Sadewa. Mencari penghasilan tambahan dengan menjual kue buatannya sendiri di sekolah, lalu mencari kost murah dan pindah dari rumah 'neraka' itu.
Tapi sayangnya harapannya tidak sesuai yang diharapkan. Kondisi di sekolah membuatnya dirumahkan. Belum lagi satu masalah di masa lalu yang ia sadar itu adalah salahnya tapi juga belum terselesaikan. Keshia dan hidupnya yang bersahabat baik dengan masalah.
Hingga suatu hari Sadewa datang ke sekolah tanpa sepengetahuannya dan puncaknya hubungan yang sebelumnya tidak akur penuh perdebatan semakin menjadi-jadi. Mereka tidak saling memperdulikan dan acuh. Hingga satu kejadian membuat semuanya berubah. Dan alam bawah sadar Keshia memanggil satu nama yang ternyata bisa mengubah takdir dalam hidupnya.
"Sebenci-bencinya lo sama dia, lo tetep nyebut dia sebelum lo mati." - hal. 284
River
Gitaris andalannya band Seventy Six yang selalu memperhatikan cewek yang ia sukai diam-diam melalu perantara orang ketiga. River suka Keshia. Tapi ia tidak mau Keshia mengenalnya bahkan Keshia pun tidak sadar kalau ia disukai sampai segitunya oleh River.
"Idup lo udah ribet tanpa harus ngelibatin gue, jadi jangan sok peduli." - hal. 178
Hingga pertemuan keduanya, karena Sadewa yang ingin mengenalkan keduanya. Tapi sayang lagi-lagi seakan takdir tidak merestui. Hingga satu kejadian yang menimpanya, membuat semuanya sia-sia hinggal satu-persatu orang yang ia sayangi pergi meninggalkannya selamanya tanpa ia bisa melakukan salam perpisahan dengan semestinya.
Akankah hubungan Sadewa dan Keshia akan menjadi hubungan yang selayaknya seperti hubungan Ayah dan Anak yang seharusnya dan semestinya? Bagaimana perjuangan River untuk bisa berkenalan dengan Keshia, sosok perempuan yang disukai diam-diam itu akan berhasil? Apakah takdir dan waktu akan merestui harapan mereka?
Apa Pendapatku Tentang Buku Ini?
Inggrid Sonya lagi-lagi membuatku membisu nggak bisa berucap apa-apa. Dengan buku Tujuh Hari untuk Keshia ini penulis berhasil menjungkir balik perasaanku. Nangis sesengukan sampai mata bengkak. Sesedih itu loh ceritanya.
Kali ini penulis mengangkat tema cerita tentang hubungan Ayah dan Anak yang sama sekali belum pernah ketemu satu sama lain semenjak 16 tahun lamanya. Hubungan yang terasa nyata dan apa adanya tidak dilebih-lebihkan. Karena walaupun Ayah dan anak, tapi kalau belum saling bertemu pasti akan terasa canggung dan seperti asing satu sama lain kan. Seperti itulah awal-awal hubungan Sadewa dan Keshia. Didukung dengan panggilan keduanya "Lo dan Gue" membuat suasananya jadi gemesin dan lucu.
Mana ada pertemuan Ayah dan anak pertama kalinya saat remaja langsung memanggil "Ayah". Yang ada malah terkesan aneh dan nggak realistis. Karena kenyataannya hubungan yang walaupun darah dagingnya sendiri pasti akan ada canggungnya juga kalau baru pertama kali bertemu. Iya kan?
Jadi aku nggak masalah sih panggilan awal-awalnya Keshia dan Sadewa untuk sama lain dibuku ini.
Alur Cerita
Untuk alur ceritanya sendiri aku suka. Dari blurb kovernya saja sudah terlihat jelas kalau kisahnya akan berpusat pada hubungan keluarga. Unsur family-nya sangat kental dan justru romance-nya yang sangat miniim. Jangan berharap lebih untuk hubungan lawan jenis dibuku ini. Semua tokohnya bermasalah tapi penulis berhasil dan mampu mengemas ceritanya dengan epic dan asyik.
Dengan jumlah halaman yang 450 lebih tapi tidak membuatku bosan dan jenuh dengan alurnya malah sebaliknya. Aku menamatkan buku ini dalam kurun waktu 7 jam kurang lebih.
Walaupun tidak ada kisah romance yang dominan, hubungan Ayah dan anak dibuku ini sudah sangat menarik perhatian pembaca dari awal. Apalagi kalau menilik dari hubungan keduanya diawal yang terbilang tidak sopan, tapi kurasa itu hal yang lumrah untuk seorang anak yang belum pernah bertemu dengan ayahnya sama sekali. Apalagi dengan sifat dan kelakuan sang ayah yang seperti Sadewa.
Ditambah lagi dengan plot twist-nya. Terutama saat kemunculan malaikat kematian. Jujur ini bagian kejutan yang nggak pernah aku sangka-sangka. Aku sampai melongo sebentar dan menerka-nerka akan seperti apa alurnya dikemudian.
Pada intinya sih, alur ceritanya dibagi menjadi dua bagian. Dibagian awal diceritakan bagaimana perkembangan hubungan antara Keshia dan Sadewa, dari yang saling cek-cok, berdebat, dan tidak saling peduli. Dibagian kedua alur ceritanya menjadi puncak dan aku yakin semua pembaca tidak ada yang bisa menebak akan munculnya bagian ini 😎 Untuk bagian alur kedua ini tidak bisa aku jelaskan secara rinci, karena akan spoiler nantinya. Baca sajalah bukunya!
Gaya Bahasa
Cara kak Inggrid bercerita aku nggak akan meragukannya lagi. Karena dari beberapa buku yang sudah aku baca, semuanya mengasyikkan. Buktinya kisah Sadewa dan Keshia ini berhasil mengaduk emosi dan mengeluarkan banyak air mata.
Dengan gaya bahasanya yang santai dan kekinian tidak membuatku yang baca jadi asyik dan ngalir saja. Cara berceritanya punya membuat nyaman.
Kover Buku
Ngerasa nggak sih kalian kalau gambar kovernya nggak mencerminkan isi cerita? Aku sih ngerasanya gitu. Walaupun untuk nuasanya yang gelap karena warna hitamnya sangat mencerminkan alur ceritanya yang memang dark dan suram.
Kenapa suram? Karena hampir semua tokohnya mempunyai masalahnya mereka masing-masing kan. Ehh betewe ku nggak asing sama gambar pepohonan dan awan putih dikovernya itu 😂 sering muncul kalau aku cari dibagian "itu".
Karakter Tokoh-Tokohnya
Selain karena alur ceritanya yang asyik, karakter tokoh-tokohnya juga sangat meninspirasi pembaca. Seperti sosok Keshia yang mandiri, pekerja keras, giat, nggak malu tetap berani menghadapi kenyataan dengan keadaan dan nasibnya yang dilahirkan diluar hubungan yang sah.
Walaupun ditinggal begitu saja oleh Ibunya dengan sang Ayah, Keshia tidak memberontak secara berlebih. Justru sebaliknya. Keshia realistis. Hidup terus berjalan. Jadi Keshia memilih menjaga dirinya sendiri dan mempersiapkan segala persiapan hidupnya dengan caranya sendiri. Walaupun tinggal bersama satu rumah, seakan Keshia hidup sendiri dengan seorang pria dewasa dengan jiwa anak-anaknya. Tak heran mereka selalu perang mulut.
Walaupun disatu sisi ia hanyalah seorang anak yang sangat membutuhkan kasih sayang dari orang tua, tapi sayang ia tidak pernah mendapatkannya.
Untuk karakter Sadewa adalah tipe-tipe yang menjalani hidup hanya untuk hari ini, tanpa perlu repot-repot ia memikirkan tujuan hidupnya ke depan. Yang awal hidupnya hanya untuk bersenang-senang, bisa melakukan sesuka hati tanpa ada larangan ini itu, tiba-tiba harus hidup berdua saja dengan 'yang katanya' adalah sang anak.
Sosok Sadewa ini tipe manusia yang lebih mementingkan egonya sendiri ketimbang bisikan hati. Walaupun ada terbersit didalam dirinya melihat kerja keras Keshia, tapi apalah daya, egonya lebih besar.
Untuk Sadewa perkembangan karakternya sangat baik dan sangat natural. Aku yakin walaupun di awal-awal karakternya bikin gregetan karena tingkahnya seperti anak-anak itu yang nggak mencerminkan pria dewasa, tapi perlahan sosok Sadewa ini banyak juga yang mengangumi karakternya.
River? Hayoo siapa yang suka sama sosok River disini? Ngacung deh. Jujur aku sebenarnya lumayan penasaran sama yang versi Wattpadnya gimana. Tapi mau gimana lagi. Walapun demikian tetap kusuka juga sama si River yang manis kayak gulali ini kok. Apalagi dengan caranya memberi perhatian ke Keshia tanpa Keshia tahu siapa yang membantunya.
Seperti kovernya suram karena nuansa gelap, River, Sadewa dan Keshia punya masalah mereka masing-masing. Dan dari masalahnya mereka pun kita bisa mengambil pesan-pesan baiknya.
Sosok Diana sendiri yang tidak lain adalah Ibunya Keshia tidak banyak mengambil peran. Ia hanya muncul di awal dan saat cerita sudah seperempat menuju ending gitu lah. Seorang Ibu yang rela meninggalkan anaknya demi hidup yang ia kira akan jadi lebih baik, padahal nyatanya malah menghancurkan.
Baca juga:
- Book review | The Game of Love - Ika Vihara
- Book Review | Second Chance - Flara Deviana
Untuk karakter peran pendukungnya menurutku masing-masing punya perannya sendiri didalam cerita. Tidak hanya sekadar meramaikan tapi ikut berperan dalam jalannya cerita. Jadi tidak ada peran dan karakter yang terbuang sia-sia.
Yang aku kurang puas adalah karakter untuk malaikat mautnya kurang dikembangkan seperti dibiarkan begitu saja, kecuali sosok Jack atau Saegal. Padahal kalau dikulik lebih jauh akan lebih seru lagi dan yang pasti akan semakin menambahkan jumlah halaman juga, hehehe. Mungkin karena faktor ini juga kali ya, makanya banyak pemangkasan alur cerita dari versi Wattpad *aku mulai sok tahu 😂
Perbedaan versi Wattpad dan Buku
Berhubung akunya telat ngikutin yang di Wattpad karena keburu terbit (yang sebenarnya aku telat tahu), dari beberapa teman bilang, ada banyak kejadian dan adegan yang ada di Wattad tapi tidak di munculkan diversi buku. Salah satunya seperti hubungan Keshia dan River. Yang kita tahu kalau yang versi buku, kisah romansa mereka hanya sekadar suka dalam diam, itu pun hanya dari sisi River-nya saja. Seakan kisah mereka hanya sekadar bumbu pemanis saja.
Walaupun dengan demikian, cara River menyukai dan memberi perhatian kepada Keshia dalam gerak diamnya itu tetap bikin baper juga. Saat jarak hampir dekat pun ada saja penghalang untuk River yang ingin berkenalan. Greget dan kasihan sihh dengan nasibnya si River.
Perasaanku Saat Membaca Buku Tujuh Hari untuk Keshia?
Campur-aduk. Dari awal dibuat senyum-senyum dengan tingkah pola hubungan Ayah dan anak di buku ini, tapi makin kesini secara perlahan-lahan membuat mata menjadi lebih hangat. Hingga menangis sesengukan. Yeahh dari awal kan aku sudah bilang, kalau aku tuh tipe-tipe pembaca yang mudah baperan. Ditambah lagi buku ini memang tipe-tipe yang menguras air mata banyak, hehehe
Dengan keadaan yang tidak berbeda jauh, banyak sekarang ini yang mengabaikan kehidupan dan kasih sayang seorang anak yang lahir karena kesalahan orang tuanya. Padahal justru anak yang bernasib seperti inilah yang sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian banyak. Karena sudah pasti hidupnya tidak akan mudah apalagi dengan faktor lingkungan yang pasti akan ada yang mencapnya sebagai anak haram dan sebagainya.
Pesan Moral yang didapat
Membaca buku tujuh hari untuk Keshia ini banyak sekali pembelajaran yang bisa diambil. Selain ceritanya yang menguras air mata, buku ini juga menyimpan banyak pesan moral buat pembaca.
Tentang waktu. Kita sebagai manusia tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi ke depan bahkan setelah satu detik. Karena waktu seakan sebuah bom yang tiba-tiba bisa kapan saja menghancurkan dan mengacaukan segalanya. Untuk itu sebelum semuanya terlambat lakukan apa yang ingin kita lakukan terutama buat keluarga.
Tentang keajaiban. Keajaiban tidak akan terjadi tanpa ada campur tangan dan restu dari Tuhan. Jadi jangan terlalu banyak berharap akan munculnya keajaiban kecuali kamu adalah orang yang beruntung yang mendapatkan satu keajaiban terjadi dalam hidupmu. Seperti keajaiban yang menghampiri Sadewa.
Tentang kematian. Seperti halnya waktu. Kematian juga satu kejadian yang tidak bisa kita alihkan. Jika sudah kehendak Sang Maha Kuasa, maka sudah pasti akan terjadi saat itu juga.
Kesimpulan
Overall, aku sangat merekomendasikan buku tujuh hari untuk Keshia ini buat kalian baca (bagi yang belum baca) dan aku harap kalian jadikan untuk next bacaan selanjutnya. Karena selain menguras banyak emosi dan air mata, buku Kak Inggrid Sonya satu ini memberikan banyak pesan moral dan kebaikan buat pembaca. Tentang orang tua, waktu, kematian, misteri dan juga takdir hidup
Aku kasih 4,8/5 bintang buat buku yang masuk list bacaan favoritku ditahun ini.
Halo, salam kenal :) aku baru pertama kali main ke sini :)
ReplyDeleteAku selalu suka cerita tentang keluarga :)) kalau buku ini secara khusus membahas ayah dan anak ya,,, menarik!
Jadi pengen baca euy,, eh ada juga ya di wattpad.. enaknya baca yang mana dulu ya?
Hhaloo mba Kartika, terima kasih sudah meluangkan waktunya buat berkunjung kesini :)
DeleteBuku ini wajib dibaca mba, kalau mbanya suka cerita ttg keluarga. WAJIB pokoknya.
Yg di wattpad uda nggak ada lagi kak, udah dihapus. Kan sudah terbit versi bukunya, hehehe
Wah memang menarik buku yang membahas masalah keluarga seperti ini, baca review ini membuat saya penasaran untuk membacanya, kira kira adakah yang versi ebooknya atau pdfnya?
ReplyDeleteOh ya awalnya saya kira buku ini buku yang baru terbit ternyata sudah lumayan lama juga ya 2019.
Ada mas.
DeleteAku baca ebook nya ini di Gramedia digital.
Heheh iya niih mas, faktor menunda2 nulis review-nya 🤭 br sempat di-posting.
Wlpn dh lama terbit, ttap seru utk diikuti kok mas 😁
Oh oke oke nanti saya cari di gramedia digital, terima kasih infonya.
DeleteSiiipp, masama Mas :)
DeleteAku suka ceritanya
ReplyDeletejadi pengen baca
semoga nemu ebooknya dulu hihi
Aku baca versi ebook nya ini kak di Gramedia digital 🤭
DeleteKak kalau ini dibaca yang dibawah 18 aman gak? Soalnya di belakang cover nya ditulis 'novel romance 18+'
ReplyDeleteKalau menurutku sihh masih aman. Malahan lebih cocoknya sih ini buku 15+ deh, bahkan romancenya pun miniiiim banget.
Delete